Minggu, 23 Desember 2012

Hukum Mengucapkan Selamat Natal Bagi Seorang Muslim

Perbedaan Pendapat tentang Mengucapkan Selamat Natal

Diantara tema yang mengandung perdebatan setiap tahunnya adalah ucapan selamat Hari Natal. Para ulama kontemporer berbeda pendapat didalam penentuan hukum fiqihnya antara yang mendukung ucapan selamat dengan yang menentangnya. Kedua kelompok ini bersandar kepada sejumlah dalil.
Meskipun pengucapan selamat hari natal ini sebagiannya masuk didalam wilayah aqidah namun ia memiliki hukum fiqih yang bersandar kepada pemahaman yang mendalam, penelaahan yang rinci terhadap berbagai nash-nash syar’i.
 Ada dua pendapat didalam permasalahan ini :
1. Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim dan para pengikutnya seperti Syeikh Ibn Baaz, Syeikh Ibnu Utsaimin—semoga Allah merahmati mereka—serta yang lainnya seperti Syeikh Ibrahim bin Muhammad al Huqoil berpendapat bahwa mengucapkan selamat Hari Natal hukumnya adalah haram karena perayaan ini adalah bagian dari syiar-syiar agama mereka. Allah tidak meredhoi adanya kekufuran terhadap hamba-hamba-Nya. Sesungguhnya didalam pengucapan selamat kepada mereka adalah tasyabbuh (menyerupai) dengan mereka dan ini diharamkan.


Diantara bentuk-bentuk tasyabbuh :
1. Ikut serta didalam hari raya tersebut.
2. Mentransfer perayaan-perayaan mereka ke neger-negeri islam.
Mereka juga berpendapat wajib menjauhi berbagai perayaan orang-orang kafir, menjauhi dari sikap menyerupai perbuatan-perbuatan mereka, menjauhi berbagai sarana yang digunakan untuk menghadiri perayaan tersebut, tidak menolong seorang muslim didalam menyerupai perayaan hari raya mereka, tidak mengucapkan selamat atas hari raya mereka serta menjauhi penggunaan berbagai nama dan istilah khusus didalam ibadah mereka.


2. Jumhur ulama kontemporer membolehkan mengucapkan selamat Hari Natal.
Di antaranya Syeikh Yusuf al Qaradhawi yang berpendapat bahwa perubahan kondisi global lah yang menjadikanku berbeda dengan Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah didalam mengharamkan pengucapan selamat hari-hari Agama orang-orang Nasrani atau yang lainnya. Aku (Yusuf al Qaradhawi) membolehkan pengucapan itu apabila mereka (orang-orang Nasrani atau non muslim lainnya) adalah orang-orang yang cinta damai terhadap kaum muslimin, terlebih lagi apabila ada hubungan khsusus antara dirinya (non muslim) dengan seorang muslim, seperti : kerabat, tetangga rumah, teman kuliah, teman kerja dan lainnya. Hal ini termasuk didalam berbuat kebajikan yang tidak dilarang Allah swt namun dicintai-Nya sebagaimana Dia swt mencintai berbuat adil. Firman Allah swt :Artinya :

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)

Terlebih lagi jika mereka mengucapkan selamat Hari Raya kepada kaum muslimin. Firman Allah swt :

وَإِذَا حُيِّيْتُم بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّواْ بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا ﴿٨٦﴾
Artinya : “Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.” (QS. An Nisaa : 86)

Lembaga Riset dan Fatwa Eropa juga membolehkan pengucapan selamat ini jika mereka bukan termasuk orang-orang yang memerangi kaum muslimin khususnya dalam keadaan dimana kaum muslimin minoritas seperti di Barat. Setelah memaparkan berbagai dalil, Lembaga ini memberikan kesimpulan sebagai berikut : Tidak dilarang bagi seorang muslim atau Markaz Islam memberikan selamat atas perayaan ini, baik dengan lisan maupun pengiriman kartu ucapan yang tidak menampilkan simbol mereka atau berbagai ungkapan keagamaan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam seperti salib


Sesungguhnya Islam menafikan fikroh salib, firman-Nya :

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِن شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُواْ فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِّنْهُ مَا لَهُم بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا ﴿١٥٧﴾
Artinya : “Padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka.” (QS. An Nisaa : 157)

Kalimat-kalimat yang digunakan dalam pemberian selamat ini pun harus yang tidak mengandung pengukuhan atas agama mereka atau ridho dengannya. Adapun kalimat yang digunakan adalah kalimat pertemanan yang sudah dikenal dimasyarakat.
Tidak dilarang untuk menerima berbagai hadiah dari mereka karena sesungguhnya Nabi saw telah menerima berbagai hadiah dari non muslim seperti al Muqouqis Pemimpin al Qibthi di Mesir dan juga yang lainnya dengan persyaratan bahwa hadiah itu bukanlah yang diharamkan oleh kaum muslimin seperti khomer, daging babi dan lainnya.
Diantara para ulama yang membolehkan adalah DR. Abdus Sattar Fathullah Sa’id, ustadz bidang tafsir dan ilmu-ilmu Al Qur’an di Universitas Al Azhar, DR. Muhammad Sayyid Dasuki, ustadz Syari’ah di Univrsitas Qatar, Ustadz Musthafa az Zarqo serta Syeikh Muhammad Rasyd Ridho. (www.islamonline.net)
Adapun MUI (Majelis Ulama Indonesia) pada tahun 1981 sebelum mengeluarkan fatwanya, terlebih dahulu mengemukakan dasar-dasar ajaran Islam dengan disertai berbagai dalil baik dari Al Qur’an maupun Hadits Nabi saw sebagai berikut :
A) Bahwa ummat Islam diperbolehkan untuk bekerja sama dan bergaul dengan ummat agama-agama lain dalam masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah keduniaan.
B) Bahwa ummat Islam tidak boleh mencampur-adukkan agamanya dengan aqidah dan peribadatan agama lain.
C) Bahwa ummat Islam harus mengakui ke-Nabian dan ke-Rasulan Isa Almasih bin Maryam sebagaimana pengakuan mereka kepada para Nabi dan Rasul yang lain.
D) Bahwa barangsiapa berkeyakinan bahwa Tuhan itu lebih dari satu, Tuhan itu mempunyai anak dan Isa Almasih itu anaknya, maka orang itu kafir dan musyrik.
E) Bahwa Allah pada hari kiamat nanti akan menanyakan Isa, apakah dia pada waktu di dunia menyuruh kaumnya agar mereka mengakui Isa dan Ibunya (Maryam) sebagai Tuhan. Isa menjawab: Tidak.
F) Islam mengajarkan bahwa Allah SWT itu hanya satu.
G) Islam mengajarkan ummatnya untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang syubhat dan dari larangan Allah SWT serta untuk mendahulukan menolak kerusakan daripada menarik kemaslahatan.
Juga berdasarkan Kaidah Ushul Fikih
”Menolak kerusakan-kerusakan itu didahulukan daripada menarik kemaslahatan-kemaslahan (jika tidak demikian sangat mungkin mafasidnya yang diperoleh, sedangkan mushalihnya tidak dihasilkan)”.
Untuk kemudian MUI mengeluarkan fatwanya berisi :

  1. Perayaan Natal di Indonesia meskipun tujuannya merayakan dan menghormati Nabi Isa as, akan tetapi Natal itu tidak dapat dipisahkan dari soal-soal yang diterangkan di atas.
  2. Mengikuti upacara Natal bersama bagi ummat Islam hukumnya haram.
  3. Agar ummat Islam tidak terjerumus kepada syubhat dan larangan Allah Subhanahu Wata’ala dianjurkan untuk tidak mengikuti kegiatan-kegiatan perayaan Natal.
Mengucapkan Selamat Hari Natal Haram kecuali Darurat
Diantara dalil yang digunakan para ulama yang membolehkan mengucapkan Selamat Hari Natal adalah firman Allah swt :

لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ ﴿٨﴾
Artinya : “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.” (QS. Al Mumtahanah : 8)
Ayat ini merupakan rukhshoh (keringanan) dari Allah swt untuk membina hubungan dengan orang-orang yang tidak memusuhi kaum mukminin dan tidak memerangi mereka. Ibnu Zaid mengatakan bahwa hal itu adalah pada awal-awal islam yaitu untuk menghindar dan meninggalkan perintah berperang kemudian di-mansukh (dihapus).
Qatadhah mengatakan bahwa ayat ini dihapus dengan firman Allah swt :
….فَاقْتُلُواْ الْمُشْرِكِينَ حَيْثُ وَجَدتُّمُوهُمْ  ﴿٥﴾
Artinya : “Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka.” (QS. At Taubah : 5)
Adapula yang menyebutkan bahwa hukum ini dikarenakan satu sebab yaitu perdamaian. Ketika perdamaian hilang dengan futuh Mekah maka hukum didalam ayat ini di-mansukh (dihapus) dan yang tinggal hanya tulisannya untuk dibaca. Ada juga yang mengatakan bahwa ayat ini khusus untuk para sekutu Nabi saw dan orang-orang yang terikat perjanjian dengan Nabi saw dan tidak memutuskannya, demikian dikatakan al Hasan.
Al Kalibi mengatakan bahwa mereka adalah Khuza’ah, Banil Harits bin Abdi Manaf, demikian pula dikatakan oleh Abu Sholeh. Ada yang mengatakan bahwa mereka adalah Khuza’ah.
Mujahid mengatakan bahwa ayat ini dikhususkan terhadap orang-orang beriman yang tidak berhijrah. Ada pula yang mengatakan bahwa yang dimaksud didalam ayat ini adalah kaum wanita dan anak-anak dikarenakan mereka tidak ikut memerangi, maka Allah swt mengizinkan untuk berbuat baik kepada mereka, demikianlah disebutkan oleh sebagian ahli tafsir… (al Jami’ li Ahkamil Qur’an juz IX hal 311)
Dari pemaparan yang dsebutkan Imam Qurthubi diatas maka ayat ini tidak bisa diperlakukan secara umum tetapi dikhususkan untuk orang-orang yang terikat perjanjian dengan Rasulullah saw selama mereka tidak memutuskannya (ahli dzimmah).
Hak-hak dan kewajiban-kewajiban kafir dzimmi adalah sama persis dengan kaum muslimin di suatu negara islam. Mereka semua berada dibawah kontrol penuh dari pemerintahan islam sehingga setiap kali mereka melakukan tindakan kriminal, kejahatan atau melanggar perjanjian maka langsung mendapatkan sangsi dari pemerintah.
Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda,”Janganlah kamu memulai salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani. Apabila kalian bertemu salah seorang diantara mereka di jalan maka sempitkanlah jalannya.” (HR. Muslim)
Yang dimaksud dengan sempitkan jalan mereka adalah jangan biarkan seorang dzimmi berada ditengah jalan akan tetapi jadikan dia agar berada ditempat yang paling sempit apabila kaum muslimin ikut berjalan bersamanya. Namun apabila jalan itu tidak ramai maka tidak ada halangan baginya. Mereka mengatakan : “Akan tetapi penyempitan di sini jangan sampai menyebabkan orang itu terdorong ke jurang, terbentur dinding atau yang sejenisnya.” (Shohih Muslim bi Syarhin Nawawi juz XIV hal 211)
Hadits “menyempitkan jalan” itu menunjukkan bahwa seorang muslim harus bisa menjaga izzahnya dihadapan orang-orang non muslim tanpa pernah mau merendahkannya apalagi direndahkan. Namun demikian dalam menampilkan izzah tersebut janganlah sampai menzhalimi mereka sehingga mereka jatuh ke jurang atau terbentur dinding karena jika ini terjadi maka ia akan mendapatkan sangsi.
Disebutkan didalam sejarah bahwa Umar bin Khottob pernah mengadili Gubernur Mesir Amr bin Ash karena perlakuan anaknya yang memukul seorang Nasrani Qibti dalam suatu permainan. Hakim Syuraih pernah memenangkan seorang Yahudi terhadap Amirul Mukminin Ali bin Abi Tholib dalam kasus beju besinya.
Sedangkan pada zaman ini, orang-orang non muslim tidaklah berada dibawah suatu pemerintahan islam yang terus mengawasinya dan bisa memberikan sangsi tegas ketika mereka melakukan pelanggaran kemanusiaan, pelecehan maupun tindakan kriminal terhadap seseorang muslim ataupun umat islam.
Keadaan justru sebaliknya, orang-orang non muslim tampak mendominanasi di berbagai aspek kehidupan manusia baik pilitik, ekonomi, budaya maupun militer. Tidak jarang dikarenakan dominasi ini, mereka melakukan berbagai penghinaan atau pelecehan terhadap simbol-simbol islam sementara si pelakunya tidak pernah mendapatkan sangsi yang tegas dari pemerintahan setempat, terutama di daerah-daerah atau negara-negara yang minoritas kaum muslimin.
Bukan berarti dalam kondisi dimana orang-orang non muslim begitu dominan kemudian kaum muslimin harus kehilangan izzahnya dan larut bersama mereka, mengikuti atau mengakui ajaran-ajaran agama mereka. Seorang muslim harus tetap bisa mempertahankan ciri khas keislamannya dihadapan berbagai ciri khas yang bukan islam didalam kondisi bagaimanapun.
Tentunya diantara mereka—orang-orang non muslim—ada yang berbuat baik kepada kaum muslimin dan tidak menyakitinya maka terhadap mereka setiap muslim diharuskan membalasnya dengan perbuatan baik pula.
Al Qur’an maupun Sunah banyak menganjurkan kaum muslimin untuk senantiasa berbuat baik kepada semua orang baik terhadap sesama muslim maupun non muslim, diantaranya : surat al Mumtahanah ayat 8 diatas. Sabda Rasulullah saw,”Sayangilah orang yang ada di bumi maka yang ada di langit akan menyayangimu.” (HR. Thabrani) Juga sabdanya saw,”Barangsiapa yang menyakiti seorang dzimmi maka aku akan menjadi lawannya di hari kiamat.” (HR. Muslim)
Perbuatan baik kepada mereka bukan berarti harus masuk kedalam prinsip-prinsip agama mereka (aqidah) karena batasan didalam hal ini sudah sangat jelas dan tegas digariskan oleh Allah swt :
لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
Artinya : “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku." (QS. Al Kafirun : 6)
Hari Natal adalah bagian dari prinsip-prinsip agama Nasrani, mereka meyakini bahwa di hari inilah Yesus Kristus dilahirkan. Didalam bahasa Inggris disebut dengan Christmas, Christ berarti Kristus sedangkan Mass berarti masa atau kumpulan jadi bahwa pada hari itu banyak orang berkumpul mengingat / merayakan hari kelahiran Kristus. Dan Kristus menurut keyakinan mereka adalah Allah yang mejelma.
Berbuat kebaikan kepada mereka dalam hal ini adalah bukan dengan ikut memberikan selamat Hari Natal dikarenakan alasan diatas akan tetapi dengan tidak mengganggu mereka didalam merayakannya (aspek sosial).
Pemberian ucapan selamat Natal baik dengan lisan, telepon, sms, email ataupun pengiriman kartu berarti sudah memberikan pengakuan terhadap agama mereka dan rela dengan prinsip-prinsip agama mereka. Hal ini dilarang oleh Allah swt dalam firman-Nya,
إِن تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِن تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى ثُمَّ إِلَى رَبِّكُم مَّرْجِعُكُمْ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ إِنَّهُ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ ﴿٧﴾
Artinya : “Jika kamu kafir Maka Sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Az Zumar : 7)
Jadi pemberian ucapan Selamat Hari Natal kepada orang-orang Nasrani baik ia adalah kerabat, teman dekat, tetangga, teman kantor, teman sekolah dan lainnya adalah haram hukumnya, sebagaimana pendapat kelompok pertama (Ibnu Taimiyah, Ibnul Qoyyim, Ibn Baaz dan lainnya) dan juga fatwa MUI.
Namun demikian setiap muslim yang berada diantara lingkungan mayoritas orang-orang Nasrani, seperti muslim yang tempat tinggalnya diantara rumah-rumah orang Nasrani, pegawai yang bekerja dengan orang Nasrani, seorang siswa di sekolah Nasrani, seorang pebisnis muslim yang sangat tergantung dengan pebisinis Nasrani atau kaum muslimin yang berada di daerah-daerah atau negeri-negeri non muslim maka boleh memberikan ucapan selamat Hari Natal kepada orang-orang Nasrani yang ada di sekitarnya tersebut disebabkan keterpaksaan. Ucapan selamat yang keluar darinya pun harus tidak dibarengi dengan keredhoan didalam hatinya serta diharuskan baginya untuk beristighfar dan bertaubat.
Diantara kondisi terpaksa misalnya; jika seorang pegawai muslim tidak mengucapkan Selamat Hari Natal kepada boss atau atasannya maka ia akan dipecat, karirnya dihambat, dikurangi hak-haknya. Atau seorang siswa muslim apabila tidak memberikan ucapan Selamat Natal kepada Gurunya maka kemungkinan ia akan ditekan nilainya, diperlakukan tidak adil, dikurangi hak-haknya. Atau seorang muslim yang tinggal di suatu daerah atau negara non muslim apabila tidak memberikan Selamat Hari Natal kepada para tetangga Nasrani di sekitarnya akan mendapatkan tekanan sosial dan lain sebagainya.
مَن كَفَرَ بِاللّهِ مِن بَعْدِ إيمَانِهِ إِلاَّ مَنْ أُكْرِهَ وَقَلْبُهُ مُطْمَئِنٌّ بِالإِيمَانِ وَلَكِن مَّن شَرَحَ بِالْكُفْرِ صَدْرًا فَعَلَيْهِمْ غَضَبٌ مِّنَ اللّهِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿١٠٦﴾
Artinya : “Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah Dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir Padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, Maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar. (QS. An Nahl : 106)
Adapun apabila keadaan atau kondisi sekitarnya tidaklah memaksa atau mendesaknya dan tidak ada pengaruh sama sekali terhadap karir, jabatan, hak-hak atau perlakuan orang-orang Nasrani sekelilingnya terhadap diri dan keluarganya maka tidak diperbolehkan baginya mengucapkan Selamat Hari Natal kepada mereka.
Hukum Mengenakan Topi Sinterklas
Sebagai seorang muslim sudah seharusnya bangga terhadap agamanya yang diimplementasikan dengan berpenampilan yang mencirikan keislamannya. Allah swt telah menetapkan berbagai ciri khas seorang muslim yang membedakannya dari orang-orang non muslim.
Dari sisi bisnis dan muamalah, islam menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba yang merupakan warisan orang-orang jahiliyah. Dari sisi busana, islam memerintahkan umatnya untuk menggunakan busana yang menutup auratnya kecuali terhadap orang-orang yang diperbolehkan melihatnya dari kalangan anggota keluarganya. Dari sisi penampilan, islam meminta kepada seorang muslim untuk memelihara jenggot dan mencukur kumis.
Islam meminta setiap umatnya untuk bisa membedakan penampilannya dari orang-orang non muslim, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Bedakanlah dirimu dari orang-orang musyrik, panjangkanlah jenggot dan cukurlah kumis.” (Muttafaq Alaih)
Islam melarang umatnya untuk meniru-niru berbagai prilaku yang menjadi bagian ritual keagamaan tertentu diluar islam atau mengenakan simbol-simbol yang menjadi ciri khas mereka seperti mengenakan salib atau pakaian khas mereka.
Terkadang seorang muslim juga mengenakan topi dan pakaian Sinterklas didalam suatu pesta perayaan Natal dengan teman-teman atau bossnya, untuk menyambut para tamu perusahaan yang datang atau yang lainnya.
Sinterklas sendiri berasal dari Holland yang dibawa ke negeri kita. Dan diantara keyakinan orang-orang Nasrani adalah bahwa ia sebenarnya adalah seorang uskup gereja katolik yang pada usia 18 tahun sudah diangkat sebagai pastor. Ia memiliki sikap belas kasihan, membela umat dan fakir miskin. Bahkah didalam legenda mereka disebutkan bahwa ia adalah wakil Tuhan dikarenakan bisa menghidupkan orang yang sudah mati.
Sinterklas yang ada sekarang dalam hal pakaian maupun postur tubuhnya, dengan mengenakan topi tidur, baju berwarna merah tanpa jubah dan bertubuh gendut serta selalu tertawa adalah berasal dari Amerika yang berbeda dengan aslinya yang berasal dari Turki yang selalu mengenakan jubah, tidak mesti berbaju merah, tidak gendut dan jarang tertawa. (disarikan dari sumber : http://h-k-b-p.blogspot.com)
Namun demikian topi tidur dengan pakaian merah yang biasa dikenakan sinterklas ini sudah menjadi ciri khas orang-orang Nasrani yang hanya ada pada saat perayaan Hari Natal sehingga dilarang bagi setiap muslim mengenakannya dikarenakan termasuk didalam meniru-niru suatu kaum diluar islam, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Siapa yang meniru suatu kaum maka ia adalah bagian dari mereka.” (Muttafaq Alaih)
Tidak jarang diawali dari sekedar meniru berubah menjadi penerinaan dan akhirnya menjadi pengakuan sehingga bukan tidak mungkin bagi kaum muslimin yang tidak memiliki dasar keimanan yang kuat kepada Allah ia akan terseret lebih jauh lagi dari sekedar pengakuan namun bisa menjadikannya berpindah agama (murtad)
Akan tetapi jika memang seseorang muslim berada dalam kondisi terdesak dan berbagai upaya untuk menghindar darinya tidak berhasil maka ia diperbolehkan mengenakannya dikarenakan darurat atau terpaksa dengan hati yang tidak redho, beristighfar dan bertaubat kepada Allah swt, seperti : seorang karyawan supermarket miliki seorang Nasrani, seorang resepsionis suatu perusahaan asing, para penjaga counter di perusahaan non muslim untuk yang diharuskan mengenakan topi sinterklas dalam menyambut para tamunya dengan ancaman apabila ia menolaknya maka akan dipecat.
Wallahu A’lam

Baca Selengkapnya......

Sabtu, 17 November 2012

We Will Not Go Down ~ Lyrics

Michael Heart
We Will Not Go Down lyrics

A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they're dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who's wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Baca Selengkapnya......

Jumat, 19 Oktober 2012

Sebait Do'a

Ya Allah…
Hatiku telah terpikat padanya
Karena Agama yang ada pada dirinya
Hingga terpancar pada tingkah laku dan pribadinya
Lalu menarik perhatian jiwa ini ‘tuk mendekati dan meminangnya
Ya Allah....
Izinkan hamba menggelar sajadah bersamanya
Beralas cinta berujung surga
Yang menenggelamkan kami dalam sujud penuh kerinduan kepada-Mu
Dalam takbir yang mengakui Keagungan-Mu
Dalam salam yang mengingatkan kami bermanfaat bagi sesama
Dalam wudhu yang membersihkan hati kami untuk melihat Wajah-Mu
Dalam tilawah yang kami lantunkan penuh haru
Dalam dzikir yang tiada akhir
Yang membuat kami semakin kagum akan Pesona-Mu
Mensyukuri ayat-ayat Cinta-Mu yang Kau bentangkan pada kami.
Ya Allah...
Izinkan hamba menggelar sajadah bersamanya

Namun…
Bila kehadiranku mengganggu hatinya
Tidak membawa kebaikan padanya
Maka pisahkanlah kami biarpun aku terluka
Bila aku tidak layak dan bukan yang terbaik untuknya
Maka Engkau jauhkan lah aku darinya
Bila bukan aku yang tertulis sebagai penyempurna separuh agamanya
Maka jauhkanlah kami agar tidak timbul rasa yang mengundang kecewa

Baca Selengkapnya......

Buah Dari Kesabaran

Buah kesabaran
Akan selalu ada saat dimana
Keteguhanmu diuji
Kapasitasmu diragukan
Dari dalam maupun luar
Bahkan saat kamu belum memulainya

Bila masa itu tiba
Ingatlah bahwa itu merupakan bagian dari proses
Dan semua orang mengalaminya
Istirahat sejenak jika memang harus
Tetap berpegang pada mimpi
Berfokus pada tujuan
Bulatkan tekadmu
Percayalah dan yakin pada kemampuanmu
Bahwa kamu pasti bisa
Karena kamu memang bisa
Dan kembalilah melangkah
Kamu tidak akan pernah tahu
Sebelum kamu mencoba

Dan ingat
Bahwa kegagalan bukanlah sebuah akhir
Tapi bagian dari sebuah perjalanan
Dimana kesuksesan telah menantimu

Baca Selengkapnya......

Selasa, 16 Oktober 2012

Syariat Berqurban

Berqurban adalah salah satu ibadah yang disyariatkan dalam Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam serta tergolong simbol Islam yang disepakati oleh para ulama akan anjurannya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu, dan berqurbanlah.”  Al-Kautsar: 2 Tatkala menjelaskan makna ayat di atas, Ibnu Jarîr Ath-Thabary rahimahullâh berkata, “Jadikanlah, (wahai Muhammad), shalatmu seluruhnya ikhlas hanya untuk Rabb-mu tanpa (siapapun) yang bukan Dia, di antara sekutu-sekutu dan sembahan-sembahan. Demikian pula sembelihanmu, jadikanlah hanya untuk-Nya, tanpa berhala-berhala, sebagai kesyukuran kepada-Nya terhadap segala sesuatu yang Allah berikan kepadamu, berupa kemuliaan dan kebaikan yang tiada bandingannya, dan Dia mengkhususkan engkau dengannya, yaitu pemberian Al-Kautsar kepadamu.”[1]

Ibnu Katsîr rahimahullâh berkata, “Ibnu ‘Abbâs, ‘Athâ`, Mujâhid, ‘Ikrimah, dan Al-Hasan berkata, ‘Yang diinginkan oleh hal tersebut adalah menyembelih unta dan (hewan lain) yang semisal dengannya.’ Demikian pula perkataan Qatâdah, Muhammad bin Ka’b Al-Qurazhy, Adh-Dhahhâk, Ar-Rabî’, ‘Athâ` Al-Khurasâny, Al-Hakam, Ismail bin Abu Khâlid, dan ulama salaf yang lain. ….” Lalu, beliau membawakan beberapa pendapat lain dari penafsiran ayat, kemudian menyatakan, “Yang benar adalah pendapat pertama bahwa yang dimaksud dengan an-nahr ‘menyembelih’ adalah sembelihan manasik ….”
 

Allah Subhânahû wa Ta’âlâ berfirman,


قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ. لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ
 “Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan saya adalah orang yang pertama-tama berserah diri (kepada Allah).’.” [Al-An’âm: 162-163]
 
Allah Subhânahû wa Ta’âlâ menjelaskan pula bahwa berqurban adalah perkara yang disyariatkan pada seluruh agama sebagaimana dalam firman-Nya ‘Azza wa Jalla,


وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ فَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَلَهُ أَسْلِمُوا
“Dan bagi tiap-tiap umat, telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban) supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah (Allah) rezekikan kepada mereka. Maka Rabb kalian ialah Rabb yang Maha Esa. Oleh karena itu, berserahdirilah kalian kepada-Nya.” [Al-Hajj: 34]

Allah ‘Azza wa Jalla juga menjelaskan bahwa ibadah agung ini adalah salah satu simbol syariat-Nya sebagaimana dalam firman-Nya,



وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ كَذَلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ. لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
“Dan telah Kami jadikan unta-unta itu untuk kalian sebagai bagian dari syiar Allah, yang kalian memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah oleh kalian nama Allah ketika kalian menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian, apabila (unta-unta itu) telah roboh (mati), makanlah sebagiannya serta beri makanlah orang yang rela dengan sesuatu yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu untuk kalian, mudah-mudahan kalian bersyukur. Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kalianlah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kalian supaya kalian mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kalian. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” [Al-Hajj: 36-37]
 

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam mensyariatkan ibadah qurban melalui ucapan, perbuatan, serta penetapan beliau.
Syariat berdasarkan ucapan beliau tersirat dari sabda beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam,



مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَإِنَّمَا ذَبَحَ لِنَفْسِهِ ، وَمَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلاَةِ فَقَدْ تَمَّ نُسُكُهُ ، وَأَصَابَ سُنَّةَ الْمُسْلِمِينَ
“Siapa yang menyembelih sebelum shalat, sembelihannya hanyalah untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang menyembelih setelah pelaksanaan shalat (Id),nusuk-nya (sembelihannya) telah sempurna dan ia telah mencocoki sunnah kaum muslimin. [2]

Syariat berdasarkan perbuatan beliau terurai dari penuturan Anas bin Malikradhiyallâhu ‘anhu,



ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا.
“Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam berqurban dengan dua kambing jantan yangamlah[3]. Beliau menyembelih kedua (kambing) tersebut dengan tangan beliau. Beliau membaca basmalah dan bertakbir serta meletakkan kaki beliau di atas badan kedua (kambing) itu.” [4]

Adapun berdasarkan penetapan (persetujuan) beliau, hal tersebut bisa dipahami dari hadits Jundub bin Sufyah Al-Bajaly radhiyallâhu ‘anhu bahwa beliau berkata, “Saya menyaksikan ‘Idul Adha bersama Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam. Tatkala menyelesaikan shalat bersama manusia, beliau melihat seekor kambing yang telah disembelih. Lalu, beliau bersabda,



مَنْ ذَبَحَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَلْيَذْبَحْ شَاةً مَكَانَهَا وَمَنْ لَمْ يَكُنْ ذَبَحَ فَلْيَذْبَحْ عَلَى اسْمِ اللَّهِ.
“Barangsiapa yang menyembelih sebelum pelaksanaan shalat (‘Id), hendaknya ia menyembelih kambing (lain) sebagai pengganti, dan barangsiapa yang belum menyembelih, hendaknya dia menyembelih dengan (menyebut) nama Allah.” [5]

Adapun kesepakatan para ulama tentang syariat berqurban, hal tersebut telah masyhur dalam buku-buku fiqih.


Wallâhu A’lam.

 
Sumber :  dzulqarnain.net

Baca Selengkapnya......

Larangan Bagi Orang Yang Berqurban

Setiap kita tentu sangat menginginkan agar ibadah diterima oleh Allah SWT. Termasuk lah ibadah qurban. Karena itu, ada baiknya terus berusaha memahami berbagai hal yang berhubungan dengan ibadah tersebut.
 
Salah satu hal yang patut dihindari oleh seseorang yang akan melaksanakan ibadah qurban adalah memotong rambut dan kuku. Penjelasan tentang larangan ini saya kutib dari buku Tatacara Qurban Tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Syaikh Al Utsaimin.
 
Dari Ummi Salamah r.a Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :” Jika kalian telah melihat hilal Dzulhijjah (dalam lafal lain : telah tiba sepuluh awal Dzulhijjah) dan salah satu kalian ingin berqurban, maka hendaklah ia biarkan rambut dan kukunya.” (HR. Muslim-Ahmad)
Dalam lafal lain : “Maka janganlah ia mengambil rambut dan kukunya sedikitpun hingga ia berqurban”.
Dalam lafal yang lain :” Maka janganlah ia menyentuh rambut dan kulitnya sedikitpun .""""


Jika ada orang yang timbul niat berqurban, pada pertengahan sepuluh hari pertama maka hendaklah ia membiarkan rambut, kuku dan kulitnya sejak ia berniat. Tidak ada dosa baginya apa yang ia lakukan sebelum ia berniat.
Hikmah larangan ini adalah adanya persamaan antara orang yang berqurban dengan orang yang melaksanakan ibadah haji, yakni dalam rangka mendekat diri kepada  Allah dengan menyembelih qurban. Oleh karena itu sama pula halnya dengan orang yang keadaan ihram, yakni tidak boleh memotong kuku dan semacamnya.
Hukum ini hanya berlaku untuk orang yang berqurban, dan hukum ini berkaitan dengan orang yang berqurban, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan “ Dan salah satu diantara kalian ingin berqurban”, Nabi tidak menyatakan “Ingin berqurban untuknya”. Nabi juga berqurban untuk keluarganya dan tidak ada keterangan dari beliau bahwa beliau memerintahkan mereka untuk tidak memotong kuku, rambut dan kulit. Oleh karena itu bagi keluarga orang yang berqurban pada sepuluh awal Dzulhijjah boleh mengambil dan memotong rambut, kuku dan kulit.
Jika ada orang yang ingin berqurban terlanjur mengambil dan memotong sebagian rambut, kuku dan kulitnya maka kewajibannya hanya bertaubat dan berniat untuk tidak mengulangi. Namun tidak ada denda (kaffarah) untuknya dan pelanggaran ini tidak menghalangi untuk berqurban sebagaimana sangkaan sebagian orang awam.
Jika larangan ini dilanggar karena lupa atau karena tidak mengetahui bahwa ia melanggar hukum diatas atau ada rambut jatuh tanpa sengaja maka tidak ada dosa baginya. Adapun jika terdapat suatu keperluan yang mendesak diperkenankan memotong kuku, rambut dan kulitnya dan hal itu tidak menyebabkan dia menanggung dosa. Sebagai misal, kukunya pecah sehingga mengganggu lalu dia gunting atau ada rambut yang mengenai mata nya lalu disingkirkan dengan dengan dipotong atau ia perlu menggunting rambut dalam rangka untuk mengobati lukanya, hal yang demikian tidaklah mengapa.
 
 

Baca Selengkapnya......

Taubat Seorang Hamba ( Lirik Nasyid )

Album :
Munsyid : Irsyadee Feat Hafiz Hamidun
http://liriknasyid.com


(Part Hafiz)
Hati hiba mengenangkan dosa2 yg ku lakukan,
Oh Tuhan Maha Kuasa,
Terima taubat hamba berdosa...

(Part Irsyadee)
Ku akui kelemahan diri,
Ku insafi kekurangan ini,
Ku kesali kejahilan ini,
Terimalah 3x.....
Taubatku ini.....

(Part Irsyadee)
Telah aku merasakan derita jiwa dan perasaan,
Kerana hilang dari jalan menuju redhaMu ya Tuhan.

(Part Irsyadee)
Ku akui kelemahan ini,
Ku insafi kekurangan ini,
Ku kesali kejahilan ini,
Terimalah 3x...
Taubatku ini...

(Part Hafiz)
Di hamparan ini ku meminta moga taubatku diterima...

(Part Irsyadee)
Ku akui kelemahan ini,
Ku insafi kekurangan ini,
Ku kesali kejahilan ini,
Terimalah 3x....
Taubatku ini...

(Part Hafiz)
Ku akui kelemahan ini,
Ku insafi kekurangan ini,
Ku kesali kejahilan ini,
Terimalah 3x..
Taubatku ini...



afidah3(at)yahoo.com.my
Sumber http://imeem.com

Baca Selengkapnya......

Sabtu, 15 September 2012

Adikku ... Hidup Di Dunia Hanyalah Sementara

Kecil, dimanja. Muda, foya-foya.Tua,kaya raya. Mati,masuk surga.

Inilah bahan candaan anak muda saat ini. Mungkin ini cuma bercanda. Namun, kadang juga ada yang punya prinsip hidup seperti ini. Begitu pula dengan seorang adik. Seorang adik dinasehati, “Dek, kamu di dunia ini hanya hidup sementara, jagalah ibadahmu.” Entah mengejek atau sekedar guyonan, dia menjawab, “Justru itu kak, kita manfaatkan hidup di dunia sekarang dengan foya-foya.”

Sungguh adik yang satu ini jauh dari agama. Hidayah memang di tangan Allah. Namun nasehat haruslah terus disampaikan karena dialah adik satu-satunya yang setiap kakak pasti menginginkan kebaikan bagi saudaranya sebagaimana dia pun telah mendapatkan kebaikan.



Dek … Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberi wejangan pada seorang pemuda, yaitu Ibnu ‘Umar. Berikut sabdanya,
“Hiduplah engkau di dunia seakan-akan engkau adalah orang asing atau bahkan seorang pengembara.” (HR. Bukhari no. 6416)

Adikku, negeri asing dan tempat pengembaraan yang dimaksudkan di sini adalah dunia, sedangkan negeri tujuannya adalah akhirat.
Adikku, yang namanya orang asing adalah orang yang tidak memiliki tempat tinggal dan tempat berbaring, namun dia dapat mampir sementara di negeri asing tersebut.
Lalu dalam hadits di atas dimisalkan lagi dengan pengembara.
Wahai adikku, semoga engkau selalu mendapat taufik-Nya. Seorang pengembara tidaklah mampir untuk istirahat di suatu tempat kecuali hanya sekejap mata. Di kanan kirinya juga akan dijumpai banyak rintangan, akan melewati lembah, akan melewati tempat yang membahayakan, akan melewati teriknya padang pasir dan mungkin akan bertemu dengan banyak perampok.
Itulah adikku, permisalan yang dibuat oleh nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hidup di dunia itu hanya sementara sekali, bahkan akan terasa hanya sekejap mata.

Renungkan juga hadits ini

Adikku, permisalan yang bagus pula dapat engkau renungkan dalam hadits berikut.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Aku tidaklah mencintai dunia dan tidak pula mengharap-harap darinya. Adapun aku tinggal di dunia hanyalah seperti pengendara yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi no. 2551. Dikatakan shohih oleh Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud)

Lihatlah adikku, permisalan yang sangat bagus dari suri tauladan kita. Hidup di dunia sungguh sangat singkat. Semoga kita bisa merenungkan hal ini.

Adikku … Segera kembalilah ke jalan Allah, ingatlah akhirat di hadapanmu

Semoga hatimu terenyuh dengan nasehat Ali bin Abi Tholib berikut.

Ali berkata, “(Ketahuilah) dunia itu akan ditinggalkan di belakang. Sedangkan akhirat akan ditemui di depan. Dunia dan akhirat tersebut memiliki bawahan. Jadilah budak akhirat dan janganlah jadi budak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan. Sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan dan bukanlah hari beramal lagi.”

Adikku, ingatlah akhiratmu. Ingatlah kematian dapat menghampirimu setiap saat dan engkau tidak dapat menghindarinya. Janganlah terlalu panjang angan-angan. Siapkanlah bekalmu dengan amal sholeh di dunia sebagai bekalmu nanti di negeri akhirat. Perbaikilah aqidahmu, jauhilah syirik, jagalah shalatmu janganlah sampai bolong, tutuplah auratmu dengan sempurna janganlah sampai mengumbarnya, dan berbaktilah pada ortumu dengan baik.
Semoga Allah memberi taufik padamu. Semoga kita dapat dikumpulkan bersama para nabi, shidiqin, syuhada, dan sholihin.

Rujukan :
Fathul Bari, Ibnu Hajar
Ma’arijul Qobul, Al Hafizh Al Hakami
Fathul Qowil Matin, Syaikh Abdul Muhsin

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.remajaislam.com

Baca Selengkapnya......

Cenderung Cinta Padanya

Untuk membuat seseorang akan tertarik pada kita, caranya adalah dengan mencari perhatiannya. Berbuatlah baik padanya, maka ia pun akan merasa diberi hati. Sehingga ia akan semakin lekat dan semakin menempel. Namun maksud tulisan ini bukanlah sebagai tips untuk muda-mudi yang hatinya sedang berbunga-bunga dengan kekasihnya. Tidak sama sekali, karena pacaran adalah jalan menuju zina dan jelas haramnya. Yang kami jelaskan di sini adalah tabiat hati yang cenderung akan menyukai orang yang berbuat baik padanya. Dan yang lebih terpenting adalah jika kecintaan tersebut dilandaskan cinta karena Allah.

Cenderung Cinta Padanya

Dalam sebuah atsar disebutkan,

جبلت القلوب على حب من أحسن إليها وبغض من أساء إليها

“Tabiat hati adalah cenderung mencintai orang yang berbuat baik padanya dan membenci orang yang berbuat jelek padanya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 6: 2985, Abu Nu’aim dalam Al Hilyah 4: 131, Al Jami’ Ash Shogir 3580. As Suyuthi mengatakan hadits ini dho’if). Walaupun hadits ini dho’if, namun maknanya tepat dan benar.

Cintailah Karena Allah

Kecintaan seseorang pada orang yang suka berbuat baik padanya, itu memang boleh. Namun hendaklah kecintaan tersebut dibangun di atas kecintaan karena Allah. Artinya, standar kecintaan pada saudaranya seimbang dengan ketaatan saudaranya pada Allah. Jika saudaranya termasuk kalangan orang sholeh dan bertakwa, ia akan semakin cinta. Sebaliknya, cintanya akan semakin berkurang pada yang suka berbuat maksiat dan durhaka. Inilah maksud kecintaan karena Allah. Berarti kecintaan seseorang yang mencintai karena Allah akan berbeda pada pecandu rokok dan pada pemuda yang lisannya tidak pernah lepas dari dzikir. Kecintaan karena Allah itulah yang menuai kelezatan dan manisnya iman.

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ

“Tiga perkara yang seseorang akan merasakan manisnya iman : [1] ia lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang lainnya, [2] ia mencintai seseorang hanya karena Allah, [3] ia benci untuk kembali pada kekufuran sebagaimana ia benci bila dilemparkan dalam neraka.” (HR. Bukhari no. 6941 dan Muslim no. 43)

Begitu juga dalam hadits dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan mengenai tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tiada naungan selain dari-Nya. Di antara golongan tersebut adalah,

وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ

“Dua orang yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul dan berpisah dengan sebab cinta karena Allah.” (HR. Bukhari no. 660 dan Muslim no. 1031)

Begitu pula dalam hadits Abu Dzar, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَحَبَّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ الْحُبُّ فِى اللَّهِ وَالْبُغْضُ فِى اللَّهِ

“Sesungguhnya amalan yang lebih dicintai Allah ‘azza wa jalla adalah cinta karena Allah dan benci karena Allah.” (HR. Ahmad 5: 146 dan Abu Daud no. 4599. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan lighoirih, dilihat dari jalur lain)

Akan Dikumpulkan Bersama Orang yang Dicintai

Inilah di antara faedah besar seseorang mencintai saudaranya karena Allah atau termasuk dalam hal ini adalah mencintai Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”Orang tersebut menjawab, “Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,

أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari no. 6171 dan Muslim no. 2639)

Dalam riwayat lain, Anas mengatakan, “Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”Anas pun mengatakan, “Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.” (HR. Bukhari no. 3688)

Dalam riwayat Tirmidzi disebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الْمَرْءُ مَعَ مَنْ أَحَبَّ وَأَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ

“Seseorang akan bersama dengan orang yang ia cintai. Dan engkau akan bersama orang yang engkau cintai.” (HR. Tirmidzi no. 2385. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Ibnu Hajar berkata, “Maksud ‘sesungguhnya engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai’ adalah engkau akan didekatkan dengan mereka, begitu pula hal ini termasuk dalam golongan yang ia cintai. Bagaimana jika kedudukan di surga di antara mereka bertingkat-tingkat derajat? Apakah masih tetap dikatakan bersama? Jawabnya, tetap masih disebut bersama. Selama masih ada kesamaan, seperti sama-sama masuk surga, maka itu pun disebut bersama. Jadi tidak mesti bersama dalam segala sisi. Jika semuanya tadi masuk surga, itu sudah disebut bersama walau berbeda-beda derajat.” (Fathul Bari, 10: 555)

Kecintaan yang Mubah

Kecintaan biasa yang sifatnya mubah (baca: boleh-boleh saja) tidak menyebabkan kecintaan tersebut terbawa sampai akhirat. Derajat mereka akan tergantung pada amalnya dan sesuai karunia Allah Ta’ala. Patut direnungkan firman Allah Ta’ala,

وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَا يَخَافُ ظُلْمًا وَلَا هَضْمًا

“Dan barangsiapa mengerjakan amal-amal yang saleh dan ia dalam keadaan beriman, maka ia tidak khawatir akan perlakuan yang tidak adil (terhadapnya) dan tidak (pula) akan pengurangan haknya.” (QS. Thoha: 112)

Intinya kecintaan yang bermanfaat adalah kecintaan karena Allah sebagaimana firman Allah Ta’ala,

الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.” (QS. Az Zukhruf: 67)[1]

Ya Allah, tumbuhkanlah rasa cinta kami terhadap sesama yang dilandasi kecintaan karena-Mu. Aamiin Ya Mujibbas Saa-ilin.



@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 13 Muharram 1433 H

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel www.remajaislam.com

Baca Selengkapnya......

Pilihlah Teman Dekat Yang Sholeh

Telah kita ketahui sekarang ini banyak saudari-saudari kita telah jatuh terjerambah di kubangan maksiat. Berbagai bentuk kemungkaran telah menyelimuti saudari-saudari kita. Sehingga mereka sulit untuk lepas dari selimut kemaksiatan. Hanya hidayah Allah yang dapat melepaskan mereka dari selimut kemaksiatan itu.

Banyak faktor yang menjadikan saudari kita jatuh di kubangan maksiat, salah satunya akibat pergaulan yang salah. Pergaulan yang buruk, ketika ia salah menjadikan teman yang buruk untuk dijadikan sahabat atau teman dekat. Teman yang buruk inilah yang menggiringnya menuju sarang kemaksiatan. Sangatlah dahsyat pengaruh teman yang buruk ini, mereka akan selalu mempengaruhi dan selalu mencari cara bagaimana mempermainkan otak dan akalnya, dan kemudian merusak kebaikannya atau menghalang-halanginya menuju pintu taubat hingga dia tetap terperangkap dalam candu maksiat.
Banyak bukti yang dapat kita lihat dan sering kita saksikan di antaranya adalah para pecandu narkoba. Sebagian mereka, meski tidak semuanya, terjerumus kedalam ketergantungan karena akibat pengaruh teman yang buruk. Sehingga mereka pun menjebaknya kedalam ketergantungan kepada obat-obat terlarang tersebut. Padahal sebelumnya mereka adalah seorang yang taat, patuh namun teman yang buruk membuat mereka terpengaruh sehingga berbagai maksiat atau perbuatan keliru dilakukan seperti, pacaran, malas kuliah, malas sekolah,merokok, membakang terhadap orang tua dan masih banyak lagi. Hingga mereka jatuh dan tidak dapat bangkit lagi. Teman yang buruk pasti akan mempengaruhi untuk melakukan hal yang menyimpang. Teman yang buruk mendorong menuju ke lembah maksiat dan mengolok-ngolok apabila enggan mengikutinya. Berbagai julukan dan olokan yang akan diterima entah dikatakan kampungan, manusia purba dan julukan jelek lainnya sehingga membuat orang merasa malu dan akhirnya melakukan maksiat yang sebenarnya. Itulah tujuan teman yang buruk. 


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa)
 

Banyak kisah-kisah orang yang terdahulu sebagian mereka pun adalah orang-orang yang berakal cemerlang dan memiliki kedudukan di masyarakatnya. Dia hendak meninggalkan keburukan namun teman yang buruk tidak rela kecuali bisa merusaknya, mempermainkan akalnya hingga akhirnya dia meninggal dalam kekufuran. Wal ’iyaadzu billah.
 

Cara melepaskan diri dari teman bergaul yang buruk

Menjauhi perbuatan keji dan perilaku zhalim kepada orang lain.
Membuat orang merasa aman terhadap kita.
Meninggalkan pergaulan yang buruk dan menjauhi apa-apa yang bisa menghalangi menuju kebaikan .
Menjadikan cinta dan benci kepada orang lain hanya untuk mengharapkan wajah Allah dan menuju kesempurnaan iman.
Menolong pertolongan pada Allah.

Sesungguhnya seseorang akan mencocoki kebiasaan sahabat dekatnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ 3545).
 

Al Ghozali rahimahullah mengatakan, “Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang akan mencontoh teman dekatnya.” (Tuhfatul Ahwadzi, 7/42)
 

Keutamaan memiliki teman bergaul yang baik di dunia

Mendapatkan cinta Allah
Membuatnya diterima di muka bumi
Perjalanan hidupnya beralih menuju ketaatan kepada Allah
Akan merasakan manisnya iman
Allah akan memuliakannya
Allah Ta’ala mencukupkan kehidupan dunianya

Keutamaan memiliki teman bergaul yang baik di Akhirat

Allah menaunginya pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya(pada hari kiamat)
Pada hari kiamat dia berada di atas mimbar dari cahaya, dekat dengan Allah
Dia akan bersama orang-orang yang dicintainya walaupun dia tidak beramal seperti mereka
Dia akan mencapai tujuan utamanya yang tiada tujuan sesudahnya, yaitu jannah
Allah menempatkannya di tempat yang tinggi di jannah

Dua orang yang saling bersahabat menjadi mirip perilakunya. Jika yang satu baik maka baiklah yang lain, begitu pula sebaliknya. Kuatnya pengaruh teman seperti layaknya besi ketika bertemu dengan magnet.
Semoga Allah memberikan kita hidayah untuk mengetahui tentang ilmunya dan mempertemukan kita dengan teman baik kita di Firdausnya.

Penulis: Ummu Hasyim
Muroja’ah: M. A. Tuasikal
Artikel www.remajaislam.com

Referensi:
Akibat Salah Pergaulan, Abdul Qodir bin Muhammad bin Hasan Abu Thalib, Pustaka At-Tibyan

Baca Selengkapnya......

Selasa, 31 Juli 2012

Titip Rinduku, Ayah...

Ayah….
Kukabarkan pada awan
Anakmu kini berguru pada matahari
Menempa diri
Mematangkan kemandirian
Memacu langkah
Menerobos puing-puing peradaban

Ayah….
Aku belajar menangis dan mengadu
Bersepi-sepi dengan kunang-kunang
Pada butir-bitir tasbih berserakan
Kubelajar mengeja kebermaknaan.

Aku bermimpi, Yah….
Kau hadir menyapa dan bercerita
Tentang dahaga, tentang lapar
Tentang sakit menguliti jiwa
Tentang kekuatan, tentang penentangan
Tentang kepasrahan, tentang kepongahan

Tapi, Yah….
Aku belajar tentang teguh: berdiri kokoh nan gagah
bangkit dan maju menerjang badai, melepas belenggu.
Kakiku luka menapak kerikil
Dadaku sesak menahan perih
Dan air mata tak menggenang lagi

Ayah….
Kudengar sayup dan sorak sorai anak kecil
Bermain riang di halaman
Kukenang masa kecil bersama adik-adik di kampuang sana
Berlari dalam kebimbangan, mengadu keangkuhan
Tentang gundu, ketapel, dan layangan
Tentang pistol-pistolan, meriam gema di penghujung bulan suci,

Duh, Yah….
Aku rindu gorengan special racikan Ibu
Pula bubur manis bersantan gula
Masakan Ibu, Yah…. Lezat tiada dua.

Ayah….
Kukabarkan pada pelangi
Aku kini tetap bernyanyi walau jiwa tersayat luka
Memendam rindu pada pelukmu
Binar mata dan kehangatan cintamu
Aku belajar memungut puing-puing kerinduan.

Duh, Yah….
Ebiet mengguru persembah syair kepada Ayah
Maka, kutoreh dalam bait sajak puisi memujamu.

Ayah….
Kau tegar, tak pernah tangis tumpah dalam kelopak
Kau tangguh, tak pernah peluh memendam rasa
Kau perkasa, tak pernah payah memikul beban
Kau gagah laksamana Yusuf:
Di mata Ibu yang cemerlang
Di mata adik-adikku memendam cita
Di mata mungilku yang gersang.
Rinduku memuncak.

Duh, Yah….
Kapankah (lagi) rembulan sama kita bangunkan
Dalam tapak suci mematahkan kesunyian
Menemani Malaikat-Malaikat suci ke surau?

Duh, Yah….
Kapankah (lagi) kalam-kalam suci terlantun indah di bilik kita
Dan kau bariskan dalam teliti kemapanan mengeja Hijaiyah?

Ayah….
Anakmu pongah
Anakmu angkuh
Tapi, Anakmu mengikat janji nan mendalam di pengadilan manusia
Kelak, di hamparan telaga penuh peluh tanpa kesah dan pengharapan
Betapa lukanya jiwa bilamana tahu
Bekal tak sampai seujung kuku.

Ayah….
Ketika kabar kepiluan menusuk hati
Aku meminta makbul kepada Tuhan Muhammad
Dan aku berangan menjemput ayah
Tapi langkahku gontai apa daya

Duh, Yah….
Tak ingin rasa, pena menoreh riwayat kepulanganku
Sebab Tuhan menawar singgasana, pada kesabaran
Tersebab, anakmu kini memayung kegalauan
Di sini, Yah, di tanah orang nan jauh
Anakmu terlanjur rindu dan berharap kembali.

Baca Selengkapnya......

Rabu, 04 Juli 2012

Malam Nisfu Sya’ban


Bulan Sya’ban adalah bulan yang ke-8 dalam sistem kalender Islam. Bulan Sya’ban berada di antara bulan hijriyah Rajab dan Ramadhan. Nama bulan ini berakar dari kata bahasa arab tasya’aba yang berarti berpencar. Pada masa itu, kaum arab biasa pergi memencar, keluar mencari air. Bulan Sya’ban juga berasal dari kata sya’aba yang berarti merekah atau muncul dari kedalaman karena ia berada di antara dua bulan yang mulia juga.

Rasulullah menyebut bulan Sya’ban ini sebagai bulan yang sering dilupakan manusia. Ia dilupakan karena berada di antara dua bulan yang menyedot perhatian: bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan Rajab diperhatikan karena ia merupakan salah satu dari bulan Haram, sementara Ramadhan karena adanya kewajiban puasa sebulan penuh di dalamnya.

Puasa Sunnah di Bulan Sya’ban

Rasulullaah biasa memperbanyak puasa di bulan Sya’ban. Beliau hampir penuh puasa di bulan ini. Beliau hanya berbuka atau tidak berpuasa pada beberapa hari saja.

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan,

يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

“Terkadang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam puasa beberapa hari sampai kami katakan, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa, dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan: Beliau tidak melakukan puasa. Dan saya tidak pernah melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya’ban.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Aisyah mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

“Belum pernah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh.” (H.R. Al Bukhari dan Msulim)

Aisyah mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَفَّظُ مِنْ هِلَالِ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ، ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ، عَدَّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا، ثُمَّ صَامَ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perhatian terhadap hilal bulan Sya’ban, tidak sebagaimana perhatian beliau terhadap bulan-bulan yang lain. Kemudian beliau berpuasa ketika melihat hilal Ramadhan. Jika hilal tidak kelihatan, beliau genapkan Sya’ban sampai 30 hari.” (HR. Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i dan sanad-nya disahihkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

Ummu Salamah radhiallahu ‘anha mengatakan,

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ، وَيَصِلُ بِهِ رَمَضَانَ

“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam belum pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan Ramadhan.” (HR. An Nasa’i dan disahihkan Al Albani)

Hadis-hadis di atas merupakan dalil keutamaan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, melebihi puasa di bulan lainnya.

Keistimewaan Sya’ban

Ternyata, puasa beliau ini mengandung hikmah yang luar biasa. Dari sisi fisik, ia merupakan persiapan bagi kita untuk menghadapi puasa di bulan Ramadhan yang sebulan penuh. Dari sisi spiritual, hadits berikut ini menyatakan rahasia hikmah di balik memperbanyak puasa di bulan Sya’ban.

Dari Usamah bin Zaid, dia berkata, saya bertanya: “Wahai Rasulullah, aku tidak melihat engkau (sering) berpuasa dalam satu bulan seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban?” Beliau bersabda: “Itu adalah bulan yang kebanyakan orang melalaikannya yaitu antara Rajab dan Ramadhan. Yaitu bulan yang di dalamnya diangkat amalan-amalan kepada Allah, Tuhan seluruh alam. Maka aku ingin [ketika] amalanku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa.” (Dinyatakan hasan oleh Al Albani dalam Shahih An Nasa’i, no. 2221; dishahihkan oleh Ibnu Huzaimah).

Betapa tergambar kedekatan Rasulullaah akan pengawasan Allah dan keinginan beliau untuk selalu memberikan yang terbaik sebagai seorang hamba kepada Rajanya. Beliau ingin mengantarkan amal-amal kebaikan yang sedang menuju keharibaan Allah dalam kondisi terbaik, terhindar dari maksiat dan dosa. Dan hal ini dapat dicapai dengan puasa.

Hikmah Puasa di Bulan Sya’ban

Ustadz Ammi Nur Baits dalam konsultasi syariahnya menyatakan bahwa ulama berselisih pendapat tentang hikmah dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, mengingat adanya banyak riwayat tentang puasa ini.

Pendapat yang paling kuat adalah keterangan yang sesuai dengan hadis dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya: “Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat Anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana Anda berpuasa di bulan Sya’ban. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

“Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rab semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa.” (HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al Albani)

Memperbanyak Ibadah di Malam Nisfu Sya’ban

Kemudian beliau menjelaskan tentang para ulama yang berselisih pendapat tentang status keutamaan malam Nisfu Sya’ban. Setidaknya ada dua pendapat yang saling bertolak belakang dalam masalah ini. Berikut keterangannya:

Pendapat pertama, tidak ada keuatamaan khusus untuk malam Nisfu Sya’ban. Statusnya sama dengan malam-malam biasa lainnya. Mereka menyatakan bahwa semua dalil yang menyebutkan keutamaan malam Nisfu Sya’ban adalah hadis lemah. Al Hafidz Abu Syamah mengatakan: Al Hafidz Abul Khithab bin Dihyah –dalam kitabnya tentang bulan Sya’ban– mengatakan, “Para ulama ahli hadis dan kritik perawi mengatakan, ‘Tidak terdapat satupun hadis shahih yang menyebutkan keutamaan malam Nisfu Sya’ban’.” (Al Ba’its ‘ala Inkaril Bida’, Hal. 33).

Syaikh Abdul Aziz bin Baz juga mengingkari adanya keutamaan bulan Sya’ban dan Nisfu Sya’ban. Beliau mengatakan, “Terdapat beberapa hadis dhaif tentang keutamaan malam nisfu Sya’ban, yang tidak boleh dijadikan landasan. Adapun hadis yang menyebutkan keutamaan shalat di malam Nisfu Sya’ban, semuanya statusnya palsu, sebagaimana keterangan para ulama (pakar hadis).” (At Tahdzir min Al Bida’, Hal. 11)

Pendapat kedua, terdapat keutamaan khusus untuk malam Nisfu Sya’ban. Pendapat ini berdasarkan hadis shahih dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, dimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibn Majah, At Thabrani, dan dishahihkan Al Albani).

Setelah menyebutkan beberapa waktu yang utama, Syaikhul Islam mengatakan, “…pendapat yang dipegangi mayoritas ulama dan kebanyakan ulama dalam Madzhab Hambali adalah meyakini adanya keutamaan malam Nisfu Sya’ban. Ini juga sesuai keterangan Imam Ahmad. Mengingat adanya banyak hadis yang terkait masalah ini, serta dibenarkan oleh berbagai riwayat dari para sahabat dan tabi’in…” (Majmu’ Fatawa, 23:123)

Ibn Rajab mengatakan, “Terkait malam Nisfu Sya’ban, dulu para tabi’in penduduk Syam, seperti Khalid bin Ma’dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan beberapa tabi’in lainnya, mereka memuliakannya dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam itu…” (Lathaiful Ma’arif, Hal. 247).

Baca Selengkapnya......

Sabtu, 09 Juni 2012

Lirik Lagu Ibu - Rafly ( Ost. Hafalan Shalat Delisa )

IBU
Ciptaan : Rafli Kaden
OST : Hafalan Surat Delisa



Lirik Lagu Ibu - Rafly (Ost. Hafalan Shalat Delisa) | Ketika saya pertama kali mendengarkan lagu ini rasanya langsung ingin berjumpa sama ibu, begitulah betapa liriknya sangat menyentuh. Lagu Ibu ialah lagu yang menjadi Ost Hafalan shalat Delisa, lagu ini dinyanyikan oleh Rafly yaitu seorang penyanyi asal Aceh.

Oke buat Anda yang sedang mencari Lirik lagu ibu langsung aja lihat dibawah ini :
--------------------------------------------------------------------------------

Lembut kukenang, kasihmu ibu
di dalam hati ku kini menanggung rindu
kau tabur kasih seumur masa
bergetar syahdu, ooh di dalam nadiku

Sembilan bulan ku dalam rahimmu
bersusah payah, oh ibu jaga diriku
sakit dan lelah tak kau hiraukan
demi diriku, oh ibu buah hatimu

Tiada ku mampu, membalas jasamu
hanyalah do'a oh di setiap waktu
oh ibu tak henti kuharapkan do'amu (2x)
mengalir di setiap nafasku (2x)

Ibuuuuuuuuuuuuuu........... (3x)

Lembut kukenang, kasihmu ibu
di dalam hati ku kini menanggung rindu
engkau tabur kasih seumur masa
bergetar syahdu oh di dalam nadiku

Indah bercanda denganmu ibu
di dalam hati ku kini slalu merindu
sakit dan lelah tak kau hiraukan
demi diriku, oh ibu buah hatimu

Tiada ku mampu, membalas jasamu
hanyalah do'a oh di setiap waktu
oh ibu tak henti kuharapkan doamu (2x)
mengalir di setiap nafasku (2x)

Ibuuuuuuuuuu........ (3x)

“Allahummaghfirlii waliwaa lidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa”

[Artinya : Ya Alloh ampunilah dosa-dosa kedua orang tuaku, Kasihilah mereka, laksana mereka mengasihi diriku semenjak kecilku]

Baca Selengkapnya......

Skripsi...Oh...Skripsi....




Membuat mata tak nyenyak tidur. Membuat pikiran tak tenang jika selalu teringat. Skripsi. Huff…Semua mahasiswa tingkat atas pasti juga merasakan rasa ini. Setelah menyelesaikan seluruh mata kuliah, tiba saatnya ke tahap akhir. Skripsi. Kenapa si harus ada skripsi? Kenapa juga musti lulus skripsi dan bisa mempertangungjawabkannnya, baru bisa dikatakan sarjana?? Kenapa tidak disuruh buat cerpen aja tu mahasiswa???


Kalau saja kuliah itu bukan amanah orang tua, mungkin, (MUNGKIN), aku tak mau merampungkan skripsiku.Malessssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssssss banget. Beraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaat banget mau mulainya. Bingung. Mau mulai dari mana???????? Hffffffff…. Susah bener ya mau dapat gelar S.Pd aja.

Kalau saja bukan karena Bapak dan Mamak yang udah banting tulang, jemur kulit n merebus perasaan, mungkin sudah aku kemas semua buku-buku kuliahku. Ku masukkan ke dalam kotak dan ku lem pakai lakban, baru simpan di gudang. Lalu sambil melambaikan tangan, aku akan berkata, “selamat tinggal sahabat.” Kemudian aku akan asyik dengan dunia baruku.

Aku yakin, aku akan tetap dapat makan tanpa S.Pd. Aku akan tetap dapat pekerjaan. Dan yang pasti, aku juga akan bertemu dengan jodohku, dengan atau tanpa S.Pd. Gelar bukan segala-galanya bagiku. Yang penting aku terus belajar dan berusaha, pasti akan ada jalan menuju kebahagiaan. Bukankah kebahagiaan itu tidak diukur dari banyaknya gelar akademis yang kita dapat????

Banyak kok, orang yang bergelar sarjana tidak bahagia karena di usiaya yang kepala tiga, ia masih belum juga menemukan pendamping hidupnya. Yang bergelar master tidak bahagia karena telah puluhan tahun menikah belum juga ada tangis bayi di rumahnya. Dan ada juga doctor maupun professor yang sudah mencapai tingkat pendidikan akademis tertinggi, tidak bahagia. Ia terlalu sibuk dengan karirnya sehingga tidak punya waktu bagi keluarga. Tu kan. Gak semua “orang pintar” bahagia.

Ada juga ni, orang yang sederhana, tanpa gelar apa pun, ia bisa bahagia luar biasa. Di usianya yang cukup, ia menemukan pendamping hidupnya, kemudian ia mendapat pekerjaan sesuai dengan keinginannya, tak lama setelah pernikahan, ia dikarunia seorang bayi mungil yang lucu sangat. Rumahnya sederhana, namun suami/istrinya setia. Penghasilannya tak seberapa, tapi masih bisa menafkahi orang tua dan sedekah ke tetangga sekitar, bahkan bisa membuka lapangan pekerjaan untuk anak-anak putus sekolah, sehingga anak-anak putus sekolah tersebut bisa kembali sekolah dan menjadi anak asuhnya. Sholatnya selalu berjamaah, dzikir pagi dan petangnya juga tak pernah lewat. Tilawah dan hafalannya selalu nambah. Anak-anak tumbuh dengan sehat dan cerdas-cerdas. Sekolah di sekolah islam yang bagus. Pokoknya sip lah. Tu kan? Bisa bahagia juga kan?

Kalau tanpa gelar sarjana saja kita bisa bahagia, trus ngapain sih, musti berpusing-pusing ria ngerjain skripsi. Sampai-sampai badan yang dulunya 49 kg, sekarang tinggal 42 kg? sampai-sampai begadang semalam suntuk? Pusiiiiing….
Hfffffffffffffffffff

Tapi kalau aku ingat orang tuaku, bapak dan mamakku, aku jadi mikir, apa iya aku tega bilang sama mereka kalau aku tidak bisa menyelesaikan studiku? Apa iya aku bisa terus mencari alasan kenapa aku belum juga diwisuda, sementara teman2 sekampungku yang juga kuliah di fakultas yang sama sudah memajang foto wisudanya dan sekarang sudah menjadi guru honorer? Apa iya aku masih bisa berdalih, lagi sibuk ngurus A, lagi sibuk ngajar, lagi sibuk yang lain???? Atau, apa aku masih bisa menjawab, “Insya Allah Juli kalau gak September mak.” Sementara 6 bulan lalu, aku bilang, “Insya Allah Maret.” Apa iya aku masih tega bilang ke mereka, “gak jadi Juli atau Septembar mak, Insya Allah November.” Hffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff….. gak tega…………

“Kok lama, si ndok? Temenmu udah pada selesai kok kamu belum?’’ “Iya, mak…”
Huhuhu…. Ma’af ya mak…..

Aku tahu, mamak ingin segera melihat anaknya jadi sarjana. Fotonya dipajang di dinding rumah yang kusam. Gak papa lah, dindingnya kusam, yang penting ada foto anaknya di wisuda. Lalu mereka akan berbangga dan terus menyunggingkan senyuman ketika bertemu dengan karib kerabatnya. Dengan penuh syukur dan bangga ia akan berkata, “Iya, Alhamdulillah udah wisuda.”

Huhuhu… senyumnya itu lo. Apa iya aku sanggup terus-terusan menunda senyum itu?
Setelah puluhan tahun ia membersarkan kita, dan di lima tahun terakhir ia harus bekerja luar biasa ekstra untuk kuliah kita, dan itu tidak akan pernah kita bayar. Toh, mereka juga tidak meminta bayar atau ganti rugi. Hanya senyum itu yang mereka harapkan. Hanya kata sarjana itu yang mereka idamkan. Bagi mereka, orang tua yang berhasil adalah orang tua yang bisa menyekolahkan anaknya sampai tinggi, meskipun untuk makan sehari-hari saja mereka susah.

Kalau aku gak butuh kata sarjana, aku akan hadiahkan ia untuk sepasang malaikat dalam hidupku yang tercinta. Kalau aku tak butuh toga, anggaplah aku memakainya demi melihat senyum kesyukuran terkembang di pipi keriputnya.

Mamak, bapak. Ma’af ya.. selalu menunda senyum itu…. Jangan marahi aku. Jangan kesal padaku. Ku mohon, tetap sayangi dan ridhio aku. Kini anakmu ini sedang tertatih melangkah, mak, pak. Aku janji, aku tidak lagi menunda senyum itu. Secepatnya ia akan tersungging di wajah malaikatmu. Doakan aku mak, pak. I love You……..

SEMANGAT SKRIPSI…………….!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Baca Selengkapnya......

Sabtu, 19 Mei 2012

Ubuntu Linux: Uninstall / Remove Any Installed Software

Q. I'd like to save some disk space so I'd like to remove unwanted software from my HP laptop. How do I uninstall software under Ubuntu / Debian Linux?

A. Both Ubuntu and Debian Linux provide command line as well as GUI tools to delete / remove binary packages.

GUI Package Management Tool

synaptic is graphical management tool of software packages. It allows you to perform all actions of the command line tool apt-get in a graphical environment. This includes installing, upgrading, downgrading and removing of single packages or even upgrading your whole system.

Just click on System > Administration > Synaptic Package Manager

Now you can select any package and click on Mark for Removal popup meni. You can also start GUI tool from command line, enter:
$ synaptic &
Command Line Package Management Tool

apt-get is the command-line tool for handling packages. It is used for adding / removing / updating packages.
Uninstall / Delete / Remove Package

Just use the following syntax:
sudo apt-get remove {package-name}

For example remove package called mplayer, enter:
$ sudo apt-get remove mplayer

Remove package called lighttpd along with all configuration files, enter:
$ sudo apt-get --purge remove lighttpd

To list all installed package, enter:\
dpkg --list
dpkg --list | less
dpkg --list | grep -i 'http'

Baca Selengkapnya......

Minggu, 25 Maret 2012

Saat Allah Mempertemukan DUA HATI


Saat ini pun aku masih belum percaya bahwa akhwat (baca : gadis muslimah) cantik itu bersedia menerima pinanganku. Di depan sang abi (baca : ayah)-nya itu, aku sempat terdiam, melamun membayangkan betapa aku mungkin tergolong laki-laki paling beruntung di dunia ini. Tak di nyana, tak pernah disangka laki-laki Turki yang telah lama menetap di Indonesia ini dan masih mempunyai ikatan darah dengan salah seorang tokoh idolaku, Harun Yahya. Kelak (insyaAllah) aku akan memanggil pria dihadapan aku ini dengan sebutan “bapak mertua”.

Aku jadi teringat masa dimana aku mulai mengenal ahwat luar biasa ini di salah satu situs komunitas. SAFA begitulah dia memperkenalkan ID-nya. Aku pun tak mau kalah, InsanSains ID-ku, namaku sengaja tidak aku publikasikan. Kami makin akrab dengan seringnya berbagi ilmu dan informasi via Yahoo Messanger maupun email. Jujur, aku banyak mengambil pelajaran dari diskusi-diskusi kami selama ini, gadis lulusan mahasiswi Kedokteran Universitas Indonesia itu banyak membuka wawasan berpikirku, tidak hanya masalah keislaman yang dia mahfum, tapi juga beberapa keilmuan lainnya. Cukup banyak hal yang aku tahu tentang dirinya, itupun aku menyimpulkan sendiri dari tulisan-tulisannya selama ini. Aku sendiri belum pernah melihat foto dirinya seperti apa. Namun yang jelas, kepribadiannya sungguh menarik.

Hingga suatu saat, dia mengirimkan offline message di Yahoo Messangerku.

“Tidakkah kita ingin menyempurnakan separuh dien? ^_^”

Logo smiling face berbentuk garis bawah yang terletak diantara tanda pangkat (^_^) adalah ciri khasnya. Mungkin dia adalah tipe gadis yang selalu periang. Namun yang jelas, pesan singkatnya tersebut membuat diriku tidak bisa tidur nyenyak selama beberapa hari. Kalimat itu selalu muncul di benakku! Tapi apa benar ditujukkan untukku? Lalu apakah istimewanya diriku? Aku pun segera meminta nasihat kepada murabbiku, “Ustadz, tolong donk bagaimana menyikapinya?”. Sang murabbi pun dengan bijak diikuti senyumannya menasehati :
“Akhi… (baca : panggilan untuk laki-laki), umur antum (baca : kamu) sudah pas, pekerjaan antum sudah mapan, keilmuan untuk mengarungi bahtera rumah tangga sudah antum miliki. Tidakkah antum ingin mendapatkan surga sebelum surga?”

Sang murabbi pun melanjutkan,

“Tidak baik menolak akhwat dari keluarga baik-baik. Sudah, segera saja antum balas, antum kirim biodata antum. Biarkan si akhwat mengetahui sebenarnya tentang antum. Dan mintalah dia untuk mengirimkan pula biodata dirinya. Perbanyaklah shalat Tahajjud dan mendekatkan diri kepada Allah. Nanti jika ingin berlanjut, insyaAllah ana (baca : saya, ustadz) insyaAllah membantu”


Kata-kata itu makin membulatkan tekadku. Harus aku akhiri masa lajangku. HARUS..! Dan inilah saatnya. Malam itu pun aku bermunajat di hadapan Sang Penguasa seluruh makhluk, mengadu kegundahan hatiku, meminta petunjuk-Nya. Akhirnya menjelang shubuh itu pula, aku menulis data pribadiku di komputer, mulai dari nama asliku (bukan sekedar ID : insan sains), tempat kediamanku, pekerjaanku, segala hal tentang orangtuaku, bahkan sampai visi dan misi dalam hidupku, segala hal (termasuk kekurangan-kekuranganku seperti mudah marah). File itu pun aku convert ke format PDF, kemudian aku kirimkan kepada gadis tersebut via email

“Bismillahirrahmani rahim
Dengan menyebut nama Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Ukhti.. maafkan atas keterlambatan ana membalas
pesan ukhti di YM kemarin. InsyaAllah, hari ini dengan
penuh kemantapan dan kesungguhan ana ingin
melakukan taaruf sebelum berlanjut ke jenjang yang
paling sakral.

Untuk itu, ana kirimkan biodata. Mudah-mudahan
cukup memberikan informasi kepada ukhti perihal
diri ana. Pun ana lampirkan foto terbaru. Ana pun
menunggu biodata balasan dari ukti.
Mudah-mudahan tiap jengkal apa yang kita perbuat
menuai ridha dari Allah swt.

Ya Allah karuniakanlah kepada kami kecintaan kepada-Mu
Kecintaan kepada orang-orang yang mencintai-Mu
dan kecintaan terhadap segala hal yang mendorong kami
untuk mencintai-Mu

Regards,

****** ********“

Tak berselang lama, besoknya, aku pun menerima email balasan.
To : ********@yahoo.co.id
From : **********@gmail.com
Subject : Re : Mudah-mudahan Allah Ridha

“Assalamu ‘alaikum..
Teriring salam sejahtera untuk ikhwan
yang dengan tulus ingin melindungi kesucian diri.
Dan yang dengan ikhlas ingin menggenapkan separuh dien.

Thanks untuk kesungguhannya yach!
Isyah kirimkan biodata balasan.
Jika ada yang kurang jelas bisa ditanyakan kelak. ^_^

Wassalam,

***** *******”

Dengan rasa penasaran, file attachment itu pun menanti untuk dibuka. Rasa tegang menyelimuti perasaanku saat itu… deg..deg……. deg.. deg…! Huh.. jantungku rasanya tidak terkendali. Mulai dari atas aku baca biodata mengenai dirinya.

Nama Lengkap : Siti Aisyah Falihah Assidiqi
Nama Panggilan : Isyah / Syah
TTL : (disembunyikan)
Pendidikan : (disembunyikan)
(disebunyikan)
(dst)
VISI HIDUP : MENJADI BIDADARI DI DUNIA DAN DI AKHIRAT
MISI HIDUP :
Mencari ridha Allah
Berbakti kepada suami
Menjadi ibu teladan dari anak-anak pengibar panji Islam
(dst.. dst…)

Begitu lengkap…!! Seakan apa yang ingin aku tanyakan, sudah ia jawab lebih dulu. Dan dari biodata tersebut aku baru mengetahui ia adalah seorang anak keturunan Turki, ayahnya dari Turki, masih berhubungan darah dengan intelektual muslim Harun Yahya, dan ibunya dari Bandung. Sstt.. tunggu dulu… di halaman terakhir, dia menyisipkan foto wajahnya yang sudah di potong dari foto keseluruhannya. SUBHANALLAH..!! Maha Suci Allah yang telah menciptakan makhluk seindah ini. Mata biru dengan bulu mata lentik.


Satu minggu itupun aku menjauh dari internet, berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperbanyak shalat malamku, menghindar dari buaian-buaian setan yang merayu. Dan tentunya memohon bimbingan dari Allah, untuk ditunjukkan jalan menuju keridha-an-Nya. Bisa jadi gadis tersebut baik dimataku, namun dalam pandangan Allah bisa jadi sebaliknya. Hari-hari itu aku benar-benar menghabiskan malam-malam dengan bermunajat. Al-Quran tidak lupa aku hayati dan maknai tiap katanya, hingga sampai suatu ayat air mataku tiba-tiba berlinang membaca ayat yang berbunyi :


“Wanita-wanita yang tidak baik adalah untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah buat wanita-wanita yang tidak baik (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang di tuduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka. Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (yaitu surga).” (QS. An-Nur, 24:26)

Ya Allah, apakah Engkau menggolongkanku sebagai laki-laki yang baik sehingga Engkau memasangkanku dengan perempuan yang baik pula? Ataukah justru sebaliknya? Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang lampau, baik yang disengaja maupun tidak. Karuniakanlah aku hidayah-Mu yang dengan hidayah tersebut, hanya Engkaulah yang menjadi tujuan hidupku. Ya Allah jika sekiranya gadis yang saat ini mengisi hatiku akan menambah kecintaanku kepada-Mu, maka kuatkanlah ikatkannya Ya Rabb. Namun jika gadis yang saat ini mengisi hatiku justu membuatku lupa akan Kebesaran-Mu, maka sungguh, jauhkanlah aku darinya, hapuslah kenangan bersama dengannya, jangan biarkan kecintaanku kepadanya melebihi kecintaanku kepadaMu, lupakanlah dia dari ingatanku.

Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa hati-hati kami ini telah berkumpul di tempat ini karena mengasihi-MU; bertemu untuk memenuhi perintah-Mu; bersatu untuk memikul beban da’wah-Mu. Hati-hati ini telah mengikat janji setia untuk mendaulat dan menyokong syariat-Mu. Maka eratkanlah ya Allah atas ikatannya, dan kekalkanlah kemesraan di antara hati-hati ini. Tunjukkan kepada hati-hati ini akan jalan-Mu yang haq. Penuhkan hati ini dengan cahaya Rabbani-Mu yang tidak kunjung padam. Lapangkan hati ini dengan limpahan iman dan keindahan tawakkal kepada-Mu. Hidupkan hati ini dengan ma’rifat tentang-Mu. Dan jika Engkau mentakdirkan mati, maka matikanlah pemilik hati-hati ini sebagai para syuhada dalam perjuangan agama-MU. Engkaulah sebaik-baik sandaran dan sebaik-baik penolong.

Senin malam, saat mataku sudah lelah beraktifitas, dan tubuh sudah lunglai, meminta untuk diistirahatkan, aku pun merebahkan badan dan mulai menutup mata setelah sebelumnya melafadzkan doa tidur. Tiba-tiba sebuah pesan singkat (baca : sms) masuk ke handphoneku.

“Kok beberapa hari ini gak muncul di YM?
Btw.. abi bertanya kapan akan ke rumah? ^_^

From : noname

“Mungkinkah ini Aisyah?” tanyaku dalam hati, karena dalam biodataku aku pun mencantumkan nomor handphoneku. Dengan mengucap basmalah, Ya Allah, mudah-mudahan Engkau ridha! Aku pun segera mengkabari orang tua dan memberi tahu rencanaku selanjutnya dan meminta restunya. Kemudian aku pun menelphone sang murabbi untuk meminta bantuannya meng-khitbah gadis tersebut.

Kini, dengan sang murabbi di samping kiriku aku duduk berhadapan dengan seorang pria berperawakan tinggi besar, hidung mancung, mata berbinar, alis tebal, bulu mata yang lentik, dengan jenggot lebat namun rapi, nyaris tanpa kumis (salah satu sunnah rasul untuk memanjangkan jenggot dan memotong kumis). Pakaiannya benar-benar rapi, baju koko coklat lengan pendek bercorak batik. Sebuah jam tangan stainless melingkar di pergelangan tangannya yang dipenuhi dengan bulu-bulu tipis nan rapih. Subhanallah….! Benar-benar khas Arab.

“Khaifa haluk? Bagaimana tadi nyasar-nyasar tidak cari alamatnya?” tanya sang tuan rumah memecah kebekuan. “Alhamdulillah… ana bi khair. Tidak begitu susah, walaupun nomor rumah dikawasan ini agak ngacak” jawabku. Tak ketinggalan murabbi-ku menyahut dan bahkan mereka jadi lebih enak bicara berdua, dengan sedikit bahasa Arab campuran. Aku hanya cengar-cengir ketika melihat mereka tertawa, dan sesungguhnya tidak ada yang tahu bahwa saat itu hatiku nyaris hilang kesadaran. Aku tidak bisa menahan degupan jantungku yang kian kencang. Aku merasakan tanganku sudah mulai menggigil, ini pertama kalinya aku datang melamar seorang gadis. Apakah lamaranku diterima? Huh… jantung itupun mulai tak terkendali kala sang abi memanggil anak satu-satunya yang tercantik itu,

“Syah… suguhi tamu istimewa kita dong”
Suara sang abi memanggil anak gadisnya di belakang.

“Saudara…???” beliau lupa namaku,

“Insan pak!” sahutku..!!

“Oia… saudara insan mau minum apa?” tanyanya kepadaku. Belum aku menjawab, sambil tersenyum sang abi berkata,

“oh.. lupa.. Aisyah pasti sudah tahu minuman kesukaan nak Insan. Kalau ustadz Mubarak (baca : nama Murabbiku) mau minum apa?”
Mereka berdua tertawa menjadikanku bahan sindiran.

Tiba-tiba dari sudut sebelah sana, seorang gadis nan rupawan dengan jilbab panjang dan gamis yang serba pink mulai mendekat membawakan nampan dengan tiga gelas minuman diatasnya. Perlahan tapi pasti, gadis yang sempat mencuri hatiku itu pun makin mendekat. Pandangannya selalu tertuju kebawah, entah karena takut minuman yang dibawanya tumpah ataukah memang adab menjaga pandangannya. Tapi yang jelas, aku mendengar gemerutuk tutup gelas yang makin terdengar jelas saat datang mendekat. Aku pun tak berani memandang wajahnya, jadi aku hanya menatap meja dan dan tanpa kusadari kupelintir-pelintir taplaknya (tanda gugup). Kuperhatikan sesesok tangan nan putih bergemetar menyuguhkan dan menata gelas. Gemerutuk tutup gelas itu makin keras kala disuguhkan ke hadapanku. Tak ayal lagi hal ini menjadi bahan guyonan dua pria yang merasa sudah berpengalaman dalam hidup. Kami menjadi bulan-bulanan mereka. Ku lirikan mataku melihat dirinya, wajahnya pun memerah karena malu. Aku pun kembali jadi salah tingkah. Aisyah kemudian duduk disamping abi-nya yang tinggi besar itu.

Ya Allah, rasanya baru kemarin aku melihat fotonya, hari ini aku sedang bertemu langsung dengan dirinya. “Loh.. kok pada malu-malu begitu sih?” celetuk murabbiku, dan terdengarlah tawa mereka berdua diatas hati kami yang dag-dig-dug. “Syah.. ini kan di rumah, cadarnya bisa dilepas, lagi pula yang datang kan bermaksud baik, mudah-mudahan apa yang kita perbuat tidak menimbulkan prasangka” perkataan sang abi sambil mengelus-elus kepala gadis yang kini duduk persis dihadapanku. Perlahan aku pun mulai melihat tangan kanan Aisyah membuka cadar yang menutupi wajah beningnya. Subhanallah..!

Dia pun tetap menunduk, dan berkali-kali aku lafadzkan tasbih kepada Allah dalam hati, memuji keagungan dan kemegahan ciptaan-Nya. Baru kali ini aku melihat wajah bersih nan elok, berperangai santun. Inikah BIDADARI SURGA yang TURUN KE DUNIA? Ya Allah, aku hampir tidak percaya atas apa yang aku lihat. Mata birunya berbinar, mengalahkan sinar lampu dalam ruangan itu, wajahnya benar-benar bersih, bibirnya yang merah jambu tanpa pewarna lipstik benar-benar alami. Sesekali kulirik dia sedang menggigit sedikit bibir bawahnya menahan rasa canggung. Aku seakan tersihir oleh pesonanya, tak sadar lagi aku akan pembicaraan dua lelaki yang sudah banyak makan garam. Aku larut dalam keindahan penciptaan tiada banding tersebut.

Ya Allah, inikah calon pendampingku dalam mengaruhi keridha-an-Mu? Mataku masih lekat dengan pemandangan bidadari yang kelak akan menemani sisa perjalananku di bumi ini. Tiba-tiba aku merasakan, sang Murabbi menendang-nendang kaki kiriku. Berkali-kali ia berusaha menyadarkanku untuk kembali menundukkan pandangan, saking kesalnya dia pura-pura menjatuhkan cemilan dan dia mulai beraksi dengan mencubit-cubit kakiku. Dan dengan refleks aku pun menendangnya hingga terpelanting, dan sialnya kini ia membentak, “Woi… shubuh oey…! Adzan baru lewat, kalo gak buru-buru bisa ketinggalan berjamaan di masjid” Hah… shubuh? Dan suara bentakan itu seperti aku kenal? Hah… ternyata teman sekamarku yang membangunkanku dari mimpi terindah.

Syah? Apakah kau masih ada disitu? (*sambil getok-getok kepala)

Baca Selengkapnya......