Kamis, 24 Maret 2016

Syi'ir Tanpo Waton


استغفر الله ربّ البرايا # استتغفر الله من الخطا يا
ربّي زدني علما نافعا # ووفّقني عملا صالحا

يا رسول الله سلام عليك # يا رفيع الشان و الدرج
عطفة يا جيرة العالم # يا أهَيل الجود والكرم

astaghfirullah robal baroya
astaghfirullah minal khotoya
rabbi zidni ilman nafia
wawafiqni amalan sholihan

Ya rasulalla salamun alaik
ya rafi asyani waddaraji
atwatayyaji ratalalami
ya uhai laljuu diwal karami


ngawiti ingsun nglarar syiiran kelawan muji maring pengeran kang paring rohmat lan kenikmatan rino wengine tanpa pidungan 2x
duh bolo konco priyo wanito
ojo mung ngaji syareat bloko
gur pinter dongeng nulis lan moco
tembe burine bakal sangsoro 2x

akeh kang apal quran hadise
seneng ngafirke marang liyane
kafire dewe dak digatekke
yen isih kotor ati akale 2x

gampang kabujuk nafsu angkoro
ing pepahese gebyare dunyo
iri lan meri sugihe tonggo
mulo atine peteng lan nisto 2x

ayo sedulur jo ngelaleake
wajibe ngaji sak pranatane
nggo ngandelake iman tauhide
baguse sangu mulyo matine 2x

kang aran sholeh baguse atine
kerono mapan sari ngelmune
laku thoriqah lan makrifate
ugo hakekat manjing rasane 2x

al quran qadim wahyu minulyo
tanpa dinulis iso diwoco
iku wejangan guru waskito
den tancepake ing jero dodo 2x

kumantil ati lan pikiran
mrasuk ing badan kabeh jeroan
mukjizat rosul dadi pedoman
minongko dalan manjinge iman 2x

kelawan Allah kang moho suci
kudu rangkulan rino lan wengi
ditirakati diriyadhahi
dzikir lan suluk jo nganti lali 2x

uripe ayem, rumongso aman
dununge roso tondo yen iman
sabar narimo najan paspasan
kabeh tinakdir saking pengeran 2x

kelawan konco dulur lan tonggo
kang podho rukun ojo nesio
iku sunahe rasul kang mulya
nabi Muhammad panutan kito 2x

ayo nglakoni sekabehane
Allah kang bakal ngangkat drajate
senajan asor toto dhohire
ananging mulya maqom drajate 2x

Ya rasulalla salamun alaik
ya rafi asyani waddaraji
atwatayyaji ratalalami
ya uhai laljuu diwal karami

Baca Selengkapnya......

Minggu, 20 Maret 2016

Teman Silih Berganti, tapi Keluargalah Tempat Kembali



SEGALA sesuatu akan selalu berubah seiring irama kehidupan, kecuali sebuah keluarga. Keluarga merupakan tempat berbagi rasa dan cerita. Menyadari betapa berartinya keluarga bagi hidup setiap individu, disitu pula manusia berperan sebagai mahluk sosial.
Keluarga menjadi bagian terpenting dalam hidup. Tanpa kelurga hidup terasa sayur tanpa garam, mungkin ungkapan itu mewakili pentingnya keluarga dalam kehidupan ini.
Keluarga terbentuk karena ada seorang ayah, ibu dan anak. Namun itu tidak membatasi ruang dan jumlah orang yang akan terhitung. Keluarga bisa saja dikategorikan kedalam dua bagian yang secara umum ini salah satu pembeda pada sisi ikatan di dalam keluarga. Biasanya keluarga besar akan senantiasa meliputi sanak keluarga mulai dari nenek sampai cucu.
Keluarga berbeda dengan teman. Memang betul teman hanyalah seorang yang dapat menghibur, membantu, menemani, dan lain sebagainya peran teman yang banyak dicari untuk memperoleh kesempurnaan bergaul atau bersosial berbeda dengan keluarga yang memiliki ikatan darah yang selamanya tidak akan pernah memisahkan batin, walaupun jarak dan kebencian ada di dalamnya.
Sosok teman agaknya berbeda dengan cara menyampaikan sesuatu dibanding dengan sebuah keluarga. Teman akan mudah marah dan mudah baik, jikalau sudah memiliki kemarahan besar, hati takkan bertaut lagi padanya. Berbeda dengan keluarga walaupun kemarahan itu meluap-luap namun rasa sayang dan kasih masih akan tetap ada di dalam hati kecil sekalipun. Begitu luar biasanya sebuah keluarga dalam kehidupan ini. Apalagi ditambah dengan kesempurnaan iman Islam yang akan membuat kedamaian dan kesejahteraan mendampingi hidup ini.

Baca Selengkapnya......

Hak Ibu-Bapak Terhadap Anak Laki-laki Kandungnya

Seorang laki-laki datang kepada Rosulullah, lalu bertanya, “Wahai Rosululloh, siapakah orang yang paling berhak untuk aku pergauli dengan sebaik-baiknya?” Sabdanya. “Ibumu”, lalu ia bertanya, “Kemudian siapa?” Sabdanya, “Ibumu,” Kemudian bertanya “Siapa lagi?” Sabdanya “Ibumu.” Kemudian ia bertanya, “Lalu siapa?” Sabdanya, “Ayahmu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Secara khusus atau dengan sangat istimewa Islam menekankan hak ibu kepada anak laki-laki kandungnya. Mengapa terhadap anak perempuan kandungnya tidak? Karena anak perempuan dilepas setelah diperistri seseorang. Sedangkan anak laki-laki tidak bisa lepas, walaupun ia sudah beristri. Jadi pengabdian anak laki-laki kepada ibu kandungnya tidak putus. Tetapi pengabdian anak perempuan putus dan beralih kepada suaminya. Karena itu, anak laki-laki lebih terikat kepada ibunya. Sementara anak perempuan terlepas ikatan pengabdiannya kepada ibunya sendiri. Jadi, beruntunglah anak-anak perempuan karena beban mereka tidak seberat beban anak laki-laki. Laki-laki wajib membelanjai istri dan anaknya dan wajib terus memperhatikan nasib ibu kandungnya. Anak laki-laki yang dewasa, lalu menikah, ibunya lebih berkuasa terhadap dirinya dari pada istrinya. Kalau si ibu jahat, maka celakalah rumah tangga anak laki-laki kandungnya. Karena ibu lebih berhak kapada anak laki-laki kandungnya, maka anak laki-laki harus berusaha menjaga perasaan ibunya.
Demikianlah Rasulullah SAW menempatkan kedudukan seorang ibu terhadap anak laki-laki kandungnya. Maka, bagi remaja putri yang paling enak adalah cepat menjadi ibu, kelak punya hak istimewa kepada anak laki-lakinya. Jadi, lebih baik bagi para anak putri segera menikah.
Yang lebih dekat kepada ibu-bapak itu siapa? Kakak tertua, sesudah itu adik, sesudah itu paman, sesudah itu bibi, sesudah itu keponakan (anak-anak dari saudara kita), dan begitulah jenjang seterusnya. Kalu ibu masih hidup, maka orang pertama yang harus kita utamakan adalah ibu. Selesai urusan ibu, barulah urusan ayah. Kalau kita punya saudara lalu ia minta tolong, maka ia kita tolong sesudah selesai urusan orang tua kita. Begitulah urutan penanganannya yang benar menurut Islam. Kalau datang keponakan dan saudara sepupu, mana yang didahulukan? Keponakan yang didahulukan. Demikianlah jenjang kita menolong keluarga kita. Kalau begitu, kapan kita menolong orang lain? Ya, sesudah selesai kita menangani keperluan keluarga kita sendiri.
Karena itu, janganlah orang lain diberi, tetapi pamannya melarat dibiarkan. Maka haruslah diperhatikan betul-betul pertalian kerabat itu. Yang dimaksud dengan ibu-bapak dalam hadits Nabi SAW adalah ibu-bapak ke atas. Kalau ada nenek, maka nenek lebih berhak dari saudara tua. Kalau ada bapak dan nenek, maka dahulukan bapak kita. Kerena dalam pembagian warisan nenek tertutup apabila masih ada ayah. Karena itu kita harus betul-betul tau mana yang dinamakan dzawil arham dan mana yang dinamakan ahli waris ‘ashabul supaya kita bisa mempraktikan petunjuk agama dalam berbuat baik kepada kerabat atau keluarga. Seandainya terjadi status permohonan bantuan sama, yaitu lima orang paman dari pihak ayah atau ibu, maka mereka ini memperoleh perlakuan sama. Apa sebab? Karena secara hukum islam, paman dari pihak ayah berkedudukan sama kuat. Hadits di atas menerangkan bahwa hak seorang ibu terhadap anak laki-lakinya tidak pernah putus, sekalipun ibunya itu meninggal atau anak laki-laki itu meninggal. Bagaimana kalau kebutuhan istri dan kebutuhan ibu bersamaan waktunya? Bila kepentingan makan dan minum istri sudah terpenuhi, lalu istri punya keperluan lain yang tidak pokok, maka yang wajib didahulukan adalah kepentingan ibu. Demikianlah hak ibu kepada anak laki-laki kandungnya. Jadi istri harus menyadari bahwa kepentingan ibu kandung suaminya adalah kepentingan yang hampir mutlak kepada kepada si anak. Karena suami masih punya kewajiban kepada ibunya. Kalau istri tidak menyadari aturan islam seperti ini, maka si suami dan istri bisa ribut. Istri yang paham agama, ketika melihat suaminya begitu taat kepada ibu kandungnya, ia berkata, “wah, saya bersyukur kepada Allah karena suami saya tahu beragama, sehingga paling tidak saya turut masuk surga. Karena kamu berbakti kepada ibumu dan saya pun meridhoi perbuatanmu itu. Mudah-mudahan amal baikmu dapat menyinari hatiku sehingga aku menjadi hamba Allah yang shalih.”
Apakah di depan pengadilan islam ada jaminan bagi ibu menuntut anaknya jika tidak dipedulikan kepentingannya? Bisa! Karena ibu mempunyai tiga hak derajat. Ibu dapat menuntut dan datang ke pengadilan.
Ibu : “Pak hakim, saya mengajukan perkara, anak laki-laki saya mengabaikan kepentingan saya.”
Hakim : “ada apa dengan anakmu?”
Ibu : “Saya butuh uang Rp. 10.000 tetapi tidak mau memberi.”
Hakim dapat memanggil si anak dan memerintahkan kepadanya untuk memberi uang tersebut kepada ibunya. Karena itu, para istri harus menyadari kedudukan ibu yang istimewa seperti itu dihadapan anak laki-laki kandungnya. Inilah karunia Allah kepada kaum Ibu. Jadi kalau di dalam negara islam seorang ibu diperlakukan kurang wajar atau diabaikan kepentingannya oleh kepentingan istri anak laki-lakinya, maka si ibu berhak menuntut ke pengadilan.
Dalam sejarah islam terdapat kisah Alqamah. Dia sakit keras, lalu datanglah sahabat-sahabat kepada Rosulullah saw mengadu. “Ya Rosulullah, Alqamah sudah menderita sakaratul maut beberapa hari, tetapi tiada kunjung datang mautnya!” Lalu para sahabat ditanya oleh Rosulullah. “Mengapa dia begitu? Apakah dia masih punya Ibu?” Jawab para sahabat, “Masih punya ya Rosulullah!” Kemudian Rosulullah bertanya lagi “Dimana Ibunya?” para sahabat menjawab, “Ibunya di rumahnya, ya Rosulullah!” Kemudian ibunya didatangi oleh Rosulullah dan berkatalah Rosulullah kepadanya, “Bu, anak ibu sakit keras. Apakah ibu sudah mendengar?” Jawab ibu Alqamah, “Ya, saya sudah dengar.” Kemudian di depan Rosulullah Ibu itu marah, “Anak itu memang tak tau diuntung!” Rosulullah bertanya kepada ibunya, “Apakah sebenarnya yang terjadi?” jawab ibu Alqamah, “Saya pernah datang ke rumahnya, tetapi dia lebih mendengarkan panggilan istrinya dari pada panggilan saya. Karena itu, saya pulang dan saya tidak mau lagi melihat anak itu. Saya tidak ridho kepada anak itu!” Rosulullah terkejut, lalu berkata, “Bagaimana bu, kalau Alqamah itu saya bakar, supaya dapat mati?” Mendengar Rosulullah berniat membakar anaknya, maka sang ibu spontan menjerit seraya berkata, “Tidak, Ya Rosulullah! Kalau begitu saya akan datang memberi maaf kepada anak saya itu.” Ketika ibunya mau datang untuk memaafkan Alqamah, beberapa detik kemudian Alqamah meninggal dunia. Sampai sejauh itulah siksa Allah kepada anak yang tidak diridhoi ibunya.
Rosulullah mengingatkan para anak dengan sabdanya:
“Ada dua perbuatan dosa yang siksanya dipercepat di dunia ini yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada Ibu-Bapak.” (HR. Bukhari dan Tirmizi) Maksudnya orang-orang yang berani durhaka kepada ibu-bapaknya, Allah akan turunkan siksanya di dunia ini, tidak perlu menanti di alam kubur. Apakah turun menjelang sakaratul maut, atau hidupnya tidak beres, atau kalau punya anak, lalu anaknya rusak semua. Kerena itu anak laki-laki perlu memperhatikan hak ibu. Coba pikirkan dengan baik! Waktu kita kecil ibu tidak punya uang, kita minta mainan. Ibu hutang pada tetangga untuk membelikan mainan. Sekarang kita sudah dewasa, sudah bekerja, ibu kita yang sudah tua datang kepada kita di saat kitak tidak punya uang.
-“Nak, saya ini sakit. Bawalah ibu ke dokter!”
+”Bu, saya tidak punya uang!”
Jangan menjawab seperti itu kepada ibu. Kalau dulu ibu berhutang untuk membelikan mainan kita, tetapi sekarang kita berlaku seperti itu, apakah patut? Tidakkah kita merasa berdosa menolak permintaan seorang ibu untuk berobat? Sikap dan jawaban seperti itu sungguh-sungguh perbuatan durhaka kepada seorang ibu.
Kepada para istri, kalau punya suami yang masih mempunyai ibu kandung, doronglah suami untuk lebih berbakti kepada ibunya. Perbuatan semacam ini sudah merupakan perbuatan yang mendapatkan pahala dan suami juga mendapatkan pahala. Jadi jangan sampai suami berbakti, lantas sang istri menghalangi. Umpamanya ibu datang ke rumah kita minta uang Rp. 200.000, sedang dirumah tidak ada uang, lalu kita hutang untuk diberikan kepada ibu. Sang istri kemudian berkomentar “Kamu ini bagaimana tho mas? Saya minta tidak diberi, tetapi ibumu kamu beri!”. Menghadapi istri seperti itu, suami harus tegas dan berani berkata bahwa ibu kandungnya lebih berhak dari pada istrinya. Itulah sebabnya dalam mencari istri disarankan mencari wanita yang tahu agama supaya tidak terjadi malapetaka.
Dan itulah enaknya menjadi seorang ibu. Berhasil menjadi ibu berarti menjadi ratu yang tak bisa diganggu gugat kekuasaanya. Tangannya tuding sana, tuding sini kepada anak-anak laki-lakinya, kemudian si anak laki-laki harus taat. Karena itu para perempuan jangan merasa rendah diri. Justru menjadi perempuan harus berbangga karena kekuasaanya semakin hari semakin besar kalau kelak berhasil menjadi ibu dengan dikelilingi anak-anaknya yang laki-laki.


Sumber: Muhammad Thalib, 2007, Manajemen Keluarga Sakinah, Pro-U Media, hal 238-243.

Baca Selengkapnya......

Doa I’tiraf (Permohonan Ampun Abu Nawas.ra)

*اِلهَِيْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاََ * وَلاَ أَقْوَى عَلَى نَارِ الْجَحِيْمِ*
Ilahii lastu lil-firdausi ahlan * Wa laa aq-wa ‘alan-naaril-jahiimi Ya Rabb, hamba memang tak layak memasuki surga-Mu * Tapi hamba juga tak akan sanggup memasuki neraka-Mu

*فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبِيْ * فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ*
Fa hab-li taubatan wagh-fir dzunuubi * Fa innaka ghoofiruz-dzambil-‘azhiimi Maka terimalah taubat hamba ya Rabb, dan ampunilah segala dosa hamba * Sesungguhnya hanya Engkau yang bisa mengampuni dosa-dosa yang besar

*ذُنُوْبِيْ مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَالِ * فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً يَا ذَا الْجَلاَلِ* Dzunuubii mist-lu ‘adaadir-rimaali * Fa hab-li taubatan Ya Dzal Jalaali Banyaknya dosa-dosa hamba bagai butiran pasir di pantai * Maka terimalah taubat hamba Duhai Tuhan Yang Maha Tinggi

*وَعُمْرِيْ نَاقِصٌ فِيْ كُلِّ يَوْمٍ * وَذَنْبِيْ زَآئِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِىْ*
Wa umri naaqishun fi kulli yaumi * wa dzunuubi za-‘idun kaifah-timaali Sesungguhnya umur hamba selalu berkurang setiap hari * Tetapi justru dosa-dosa hamba bertambah setiap hari

*اِلهَِيْ عَبْدُكَ الْعَاصِي أَتَاكَ * مُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ*
Ilahii ‘abdukal-‘aashi ataaka * Muqiron biz-dzunuubi wa qod da-‘aaka Ya Tuhanku, hamba-Mu yang yang sering melakukan maksiat ini datang kepada-Mu * Hamba yang senantiasa berbuat dosa, dan sesungguhnya hamba memohon kepada-Mu

*فَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَاكَ أَهْلُ * وَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُوْ سِوَاكَ*
Fa-in tagh-fir fa anta lidzaa-ka ahlun * Wa in tath-rud fa man yarju siwaaka Andai Kau beri ampunan kepada hamba maka itu adalah hak-Mu * Tapi jika Engkau meninggalkan hamba, maka kepada siapa lagi kami berharap.


Catatan Pemabuk :

Doa mohon ampun diatas sering kita dengar dilantunkan sebagai lagu-lagu kerohanian.
Karena hanya diniatkan sebagai lagu – maka doa tersebut tidak memiliki efek / dampak yang berarti. Padahal itu doa bukan untuk main-main, tetapi merupakan ungkapan getaran batin dari seorang Kekasih Allah kepada Tuhannya.
Berbicara tentang ‘batin’ – maka tidak ada cara yang efektif untuk membersihkan batin kecuali melalui Istighfar (permohonan ampun atas dosa-dosa dan kesalahan kita).
Bacalah doa mohon ampun diatas dengan niat bukan untuk bernyanyi, tapi ambil saripatinya dan renungkan maknanya…
Salam.

Baca Selengkapnya......